Ini Hambatan Ketahanan Pangan dan Energi di RI

Jakarta -Pemerintah menggelar diskusi Refleksi Tiga Tahun Pelaksanaan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025 selama 3 hari di JCC Senayan, Jakarta. Salah satu tema dalam diskusi tersebut adalah 'Ketahanan Pangan dan Energi dalam Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia'.

Ketua Komite Tetap Ketahanan Pangan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Franciscus Welirang mengungkapkan, kemudahan akses menjadi salah satu kendala dalam pendistribusian bahan pangan di Indonesia.


Padahal, Indonesia dikenal sebagai negara pertanian dan maritim dengan area pertanian yang luas terdiri atas enam zona dan memiliki potensi sangat besar. Namun dalam pengembangannya masih banyak kendala yang dihadapi.


Franky, sapaan Franciscus Welirang, menyebutkan seluruh produk pertanian mayoritas disalurkan ke pulau Jawa. Sementara pulau lainnya mengalami hambatan karena minim infrastruktur sehingga membuat disparitas harga yang sangat tinggi.


"Seluruh produk pertanian mayoritas larinya ke Jawa. Ke Sulawesi harus ngangkut lama dan harganya mahal, sama dengan angkut dari AS ke Jawa. Kita harganya tiga kali lipat lebih mahal. Ini tantangan, akhirnya kita tidak bisa mengembangkan. Biaya angkutan jadi kendala," ujar Franky.


Selain itu, Franky menjelaskan, ketahanan pangan juga belum terwujud akibat masih tingginya impor.


"Indonesia impor 3 juta ton jagung per tahun. Ketahanan pangan itu musiman. Kebijakan pemerintah harus memperhatikan juga pasca panen. Kita masih memperjuangkan bagaimana bisa menyimpan produk kita lebih lama agar sampai ke konsumen masih baik. Ini realita di lapangan. Kita harus eksploitasi petani kalau pangan kita mau maju," jelas dia.Next


(drk/hds)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!