Perusahaan Penerbangan Belum Siap Pakai Avtur Campuran Minyak Sawit

Jakarta -Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) menggagas program pencampuran Bahan Bakar Minyak (BBM) avtur dengan minyak sawit mulai 2016. Namun kalangan perusahaan penerbangan di dalam negeri belum siap karena harganya mahal akibat terbatasnya infrastruktur.

"Pada tahun 2016 ada usul dengan mencampurkan 2% biofuel dengan avtur. Secara penggunan hal ini sangat bagus, namun jika infrastruktur yang tidak mendukung akan membuat penggunaan biofuel bisa lebih mahal dibandingkan avtur," kata Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Penerbangan Nasional Indonesia (INACA) Arif Wibowo, dalam konfrensi pers di Gedung White Skyaviation, Jalan Protokol Halim, Jumat (5/9/2014).


Arif melihat potensi sumber daya biofuel (minyak nabati sangat menjanjikan, namun hal itu perlu didukung dengan pengadaan infrastruktur.


"Sebagai negara penghasil biofuel kita bisa bersaing dalam ASEAN Open Sky Aviation namun kita harus mempersiapkan infrastruktur tersebut, hal ini dengan swadaya melakukan pembangunan," ungkapnya.


Ia juga mengatakan terbatasnya kilang minyak Avtur di dalam negeri membuat harga beli menjadi tinggi. Indonesia harus mengimpor 40% kebutuhan avtur dari Singapura dan Korea.


"Mahalnya harga Avtur di Indonesia yang bisa mencapai 13% dibanding negara ASEAN lantaran kondisi geografis Indonesia yang tersebar menjadi 62 lokasi dengan kilang minyak terbatas yakni 3," ujarnya.


Avtur menjadi komponen penting dalam industri penerbangan, namun dengan adanya fee BPH Migas hal itu menjadi beban terhadap Avtur. "Kami mengharapkan biaya fee BPH migas untuk Avtur dapat dihilangkan sehingga hal ini sangat membantu," tuturnya.


(edo/hen)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!