Fitri Nuraini bersama suaminya bekerja sebagai pegawai outsourcing sebuah perusahaan. Penghasilan mereka berdua totalnya Rp 7 juta/bulan. Namun sudah berkali-kali mengajukan KPR ke bank terus ditolak.
"Kami suami istri dengan penghasilan kurang lebih Rp 7 juta per bulan. Namun dikarenakan status kami pegawai outsourcing, sehingga banyak bank yang menolak pengajuan kami. Rata-rata alasan mereka menolak adalah karena kami bukan pegawai tetap," kata wanita yang akrab disapa Nur kepada detikFinance, Jumat (5/9/2014).
Nur mengeluh, pihak bank tidak percaya, dia dan suaminya bakal bisa memenuhi kewajiban membayar cicilan KPR.
"Sebaiknya ada undang-undang yang mengatur tentang kontrak pegawai outsourcing, sehingga status outsourcing di mata bank dan orang yang pegawai tetap tidak diremehkan," kisah Nur.
Pembaca lainnya yaitu Michael Mewengkang juga bernasib sama. Pria berumur 38 tahun ini merupakan karyawan outsourcing di bidang keamanan (security).
"Penghasilan saya Rp 2 juta per bulan. Sudah menikah 10 tahun dan mempunyai 2 orang anak yang sudah sekolah. Semenjak rumah milik keluarga dijual 4 tahun lalu, kami tinggal di rumah kos-kosan," cerita Michael.
Michael bingung bagaimana caranya memiliki rumah dengan cicilan murah, dengan melihat kondisi ekonominya yang pas-pasan dan statusnya sebagai pegawai outsourcing.
Bagi Anda yang punya pengalaman soal sulitnya mendapatkan rumah. Atau punya pengalaman berkali-kali mengajukan KPR tapi ditolak oleh bank karena persoalan gaji. Bahkan bagi Anda yang sudah berhasil dapat rumah namun harus bersusah payah cari pinjaman. Bisa kirim ceritanya ke redaksi@detikfinance.com.
(dnl/hen)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!
