Hal ini ditegaskan CT usai menggelar rakor program MP3EI di gedung Grahadi, Kantor Gubernur Jawa Timur, Selasa (7/9/2014)
Ia mengatakan, proyek JSS memang akan memakan waktu lama pembangunannya, dan biaya yang cukup besar. "Sehingga kalau tidak selesai juga, kita akan menghadapi masalah ke depan. Makanya kita putuskan, proyek JSS tetap jalan," tegas CT.
Selain itu, juga dibahas soal rencana pembangunan pelabuhan besar di sisi Merak, Banten yang merupakan salah satu titik lokasi pembangunan KSISS.
"Nanti akan dihubungkan dengan Bakauheni. Sehingga ada kapal bawa kontainer bolak-balik tanpa membongkar kontainer. Jadi biaya logistik lebih murah dan lebih cepat," katanya.
Seperti diketahui proyek JSS sudah punya payung hukum Peraturan Presiden (Perpres) No 86 Tahun 2011 tentang Kawasan Strategis dan Infrastruktur Selat Sunda (KSISS). Sehingga saat ini hanya tinggal melaksanakan implementasinya, termasuk soal pembentukan badan otoritas JSS.
Proyek JSS seharusnya ditargetkan mulai groundbreaking tahun 2014. Proyek jembatan sepanjang 29 Km itu rencananya akan menelan dana sedikitnya Rp 100 triliun lebih.
Pada mulanya studi jembatan yang diambil alih oleh pemerintah lewat Kementerian PU, namun membuat bingung pemrakarsa proyek jembatan dan kawasan Selat Sunda ini yaitu Artha Graha Network.
Artha Graha Network yang dimiliki oleh pengusaha Tomy Winata membentuk konsorsium dengan Pemda Banten dan Lampung di bawah bendera PT Graha Banten Lampung Sejahtera (GBLS) belum mengetahui mengenai apa rencana pemerintah mengenai kelanjutan proyek tersebut. Pemrakarsa juga tidak mengetahui pihak mana yang dipercaya atau dipilih Pemerintah untuk melanjutkan Proyek KSISS/JSS.
(hen/dnl)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!