"Produk keuangannya, infrastrukturnya, sistem pembiayaannya. Kita masih tertinggal, kita butuh inovasi supaya keuangan syariah ini menarik bagi masyarakat," kata Deputi Komisoner OJK bidang Kesehatan Perbankan I Mulya E Siregar dalam paparan di Kantor OJK, Jakarta, Selasa (7/10/2014).
Ia mengatakan, agar ketertinggalan tersebut dapat dikejar, maka perlu dikembangkan berbagai inovasi baru dengan malakukan riset keuangan syariah.
Menurutnya, dengan melakukan riset, dapat diperoleh informasi yang lengkap dalam menciptakan inovasi produk keuangan syariah yang sesuai dengan kondisi sosial masyarakat setempat.
"Area riset keuangan syariah yang belum dikembangkan masih sangat luas, sehinggga akademisi dan peneliti di bidang ini perlu ditingkatkan jumlah dan kualitasnya agar dapat mengimbangi laju kebutuhan industri keuangan syariah,"
Ia percaya, inovasi produk yang diciptakan dengan melakukan riset akan lebih mudah diterima oleh masyarakat. Dampak positifnya, produk keuangan syariah bisa tumbuh lebih cepat.
Untuk memuluskan rencana tersebut, OJK berinisiatif menyelenggarakan Forum Riset Keuangan Syariah (FRKS) 2014 bekerjasama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB).
"OJK memandang penting untuk mendukung fungsi riset dan keterlibatan universitas untuk penyiapan SDM berkualitas dalam rangka membuka potensi melalu inovasi produk, distribusi produk, kualitas layanan dan pengembangan infrastruktur," kata dia.
OJK mencatat, hingga Agustus 2014 jumlah Bank Syariah mencapai 12 Bank, jumlah unit usaha syariah (UUS) 22 unit, BPRS sebanyak 163 bank, dengan jumlah jaringan kantor cabang sebanyak 2.582 kantor dan total aset mencapai Rp 251,26 triliun.
Dari jumlah itu, total jumlah pembiayaan sebanyak Rp 193,31 triliun dan dana pihak ke tiga yang berhasil digalang sebanyak Rp 194,64 triliun.
(ang/ang)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!