Emiten Properti Raup Laba Rp 10 Triliun, Naik 64%

Jakarta - Emiten properti mencatatkan kenaikan laba bersih yang cukup tinggi hingga mencapai 64,06% sepanjang tahun 2012. Secara keseluruhan, emiten properti di tahun 2012 meraup laba bersih sekitar Rp 10,382 triliun, jauh lebih tinggi dari perolehan laba bersih tahun sebelumnya yang hanya mencapai Rp 6,328 triliun.

Angka tersebut diperoleh berdasarkan data yang dikumpulkan detikFinance yang diambil dari Laporan Keuangan Emiten properti yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).


Jumlah angka itu juga diperoleh dari akumulasi 19 dari sekitar 46 emiten properti yang telah menyampaikan laporan keuangan tahun buku 2012 atau yang berakhir pada 31 Desember 2012 kepada BEI.


Menurut Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada, saham-saham sektor properti diprediksi masih akan mencatatkan keuntungan di tahun ini. Perolehan laba emiten properti di tahun 2012 di atas rata-rata yang ditargetkan para analis yaitu di atas 25% yang sebelumnya ditargetkan minimal di angka 15%-20%.


“Rata-rata laba emiten properti tahun 2012 naik mencapai di atas angka 25%-30%,” kata Reza saat dihubungi detikFinance, di Jakarta, Senin (1/4/2013).


Dia mengatakan, kenaikan laba tersebut terkait dengan tingginya permintaan terhadap properti di Indonesia. Adanya penerapan Down Payment Kredit Pemilikan Rumah (DP KPR) yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI) ternyata tidak berpengaruh banyak terhadap kinerja emiten properti saat ini.


“Demand terhadap properti masih cukup tinggi apalagi hunian. Adanya penerapan DP KPR bahwa akan mengganggu emiten properti itu tidak terbukti, apalagi untuk golongan menengah ke atas,” cetusnya.


Menurutnya, prospek kinerja perusahaan properti saat ini masih dinilai optimis dan masih akan bagus selagi perusahaan tersebut bisa terus berinovasi untuk mengembangkan usahanya.


“Kalau dari sisi lapangan optimis karena properti sudah menjadi kebutuhan masyarakat seperti hunian, apartemen, ruko dan sebagainya. Aturan BI juga tidak akan menghambat,” ujarnya.


Emiten properti dinilai Reza masih memiliki peluang investasi yang baik selama ditunjang oleh fundamental perusahaan yang baik. Kondisi ekonomi makro pun tidak akan berpengaruh banyak selagi tingkat suku bunga masih tetap dijaga di angka yang aman. “Kecuali tiba-tiba BI naikin suku bunga,” katanya.


Adanya ancaman bubble, kata Reza, hal itu tidak akan terjadi di Indonesia karena bubble hanya akan terjadi jika supply lebih tinggi sementara permintaan tidak ada.


“Bubble terjadi kalau supply lebih tinggi dan tidak diiringi dengan permintaan. Kalau di Indonesia disamakan dengan di luar tidak tepat karena kalau di luar, KPR bisa diperjualbelikan dan dijadikan surat berharga atau bisa dimasukkan ke reksa dana, sementara kalau di sini kan enggak, BI enggak ngebolehin, jadi ya masih aman tidak akan bubble,” kata Reza.


Berikut 19 dari sekitar 46 emiten properti yang telah menyampaikan laporan keuangan 2012 :


1. PT Adhi Karya Tbk (ADHI)

2012: Rp 213 miliar (naik 17%)

2011: Rp 182 miliar


2. PT Agung Podomoro Land (APLN)

2012: Rp 841 miliar (naik 22,9%)

2011: Rp 684 miliar


3. PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI)

2012: Rp 1,22 triliun (naik 102,41%)

2011: Rp 602,74 miliar


4. PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE)

2012: Rp 1,4 triliun (naik 38,61%)

2011: Rp 1,01 triliun


5. PT Pakuwon Jati Tbk (PWON)

2012: Rp 748 miliar (naik 115%)

2011: Rp 347 miliar


6. PT Ciputra Property Tbk (CTRP)

2012: Rp 319 miliar (naik 89,88%)

2011: Rp 168 miliar


7. PT Ciputra Surya Tbk (CTRS)

2012: Rp 274,32 miliar (naik 66,51%)

2011: Rp 164,73 miliar.


8. PT Ciputra Development Tbk (CTRA)

2012: Rp 589,10 miliar (naik 81,35%)

2011: Rp 324,82 miliar


9. PT Cowell Development Tbk (COWL)

2012: Rp 69 miliar (naik 109%)

2011: Rp 33 miliar


10. PT Duta Pertiwi Tbk (DUTI)

2012: Rp 613 miliar (naik 45,26%)

2011: Rp 422 miliar


11. PT Gowa Makassar Tourism Development Tbk (GMTD)

2012: Rp 64 miliar (naik 30,61%)

2011: Rp 49 miliar


12. PT Wijaya Karya Tbk (WIKA)

2012: Rp 505 miliar (naik 29,48%)

2011: Rp 390 miliar


13. PT Total Bangun Persada Tbk (TOTL)

2012: Rp 181 miliar (naik 47,15%)

2011: Rp 123 miliar


14. PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA)

2012: Rp 739 miliar (naik 171,69%)

2011: Rp 272 miliar


15. PT Intiland Development Tbk (DILD)

2012: Rp 181,40 miliar (naik 29,55%)

2011: Rp 140,02 miliar


16. PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR)

2012: Rp 1,06 triliun (naik 50%)

2011: Rp 708 miliar


17. PT Modernland Realty Tbk (MDLN)

2012: Rp 260,52 miliar (naik 251,37%)

2011: Rp 74,14 miliar


18. PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP)

2012: Rp 309,68 miliar (naik 29%)

2011: Rp 240,22 miliar


19. PT Summarecon Agung Tbk (SMRA)

2012: Rp 797,814 miliar (naik 103,51%)

2011: Rp 392,019 miliar


(ang/ang)