'Berdarah-darah' Hingga Minum Obat Darah Tinggi Akibat Rupiah Jeblok

Jakarta - Selama menjabat sebagai Gubernur Bank Indonesia (BI) Darmin Nasution terkenal dengan ketegasannya dalam mengambil kebijakan. Hal ini juga yang ternyata membuat dirinya kerap kali harus meminum obat darah tinggi.

Dalam sebuah buku bertajuk 'Bank Sentral Itu Harus Membumi' seperti dikutip detikFinance, Rabu (22/5/2013), Darmin bercerita ketika dirinya dibuat stress akibat nilai tukar rupiah yang terus jeblok.


"Sore hari, pada akhir September 2011, emosi saya tiba-tiba bangkit. Badan saya bergetar dan suara saya meninggi," cerita Darmin dalam bukunya tersebut.


"Sudah lebih dari sepekan, rupiah mengalami tekanan hebat karena investor asing menarik dananya dari pasar Surat Berharga Negara (SBN)," tutur Darmin.


Hal ini, menurut Darmin dikarenakan perkembangan krisis Yunani yang menular ke negara-negara Eropa lain memicu sentimen negatif di pasar keuangan domestik. Aksi jual menyebabkan harga SBN rontok dalam hitungan hari.


"Banyak pemain asing kehilangan kepercayaan kepada pasar domestik," terang Darmin.


"Bank Indonesia harus ambil tindakan! Kombinasi rontoknya SBN dan jatuhnya rupiah akan menjadi sebuah lingkaran mematikan sehingga membahayakan stabilitas nasional," tegas Darmin.


Akhirnya, diwarnai dengan perdebatan alot bersama para petinggi bank sentral lainnya Darmin mengeluarkan kebijakan 'operation twin'. Yakni, intervensi di pasar palas dan pembelian kembali SBN oleh bank sentral.


Kebijakan ini diwarnai perdebatan karena kebijakan pembelian kembali seharunya tidak bisa dilakukan BI karena terbentur prosedur internal.


"Di AS operasi semacam ini dilakukan. Mereka menyebutnya operation twist. Saya menyebut operasi BI ini dengan operation twin. Mengapa tidak bisa?" tutur Darmin.


Dengan perdebatan sengit, Darmin akhirnya bisa melangsungkan kebijakan tersebut dengan mengubah prosedur internal BI.


Pelaku pasar, menurut Darmin melihat sebuah dinamika baru dari kebijakan BI. Perlahan tapi pasti, harga SBN stabil dan tekanan rupiah akhirnya mereda. "Banyak yang mengapresiasi langkah operasi kembar BI tersebut meskipun ada juga yang mengkritik. Termasuk IMF," papar Darmin.


"Periode Operasi Kembar adalah periode yang melelahkan. Bisa saya katakan bahwa prosesnya berdarah-darah. Dan untuk pertama kalinya saya terpaksa minum obat darah tinggi. Ya bagaimana tidak, hampir setiap malam saya marah-marah," tutup Darmin dalam ceritanya.


(dru/dnl)