"Saat ini kita hanya kurang satu saja yaitu kedelai. Daging sudah terpenuhi, gula akhir tahun ini terpenuhi dan yang lain tinggal kita jaga, minimal produktivitasnya stabil, syukur bisa menambah," kata Ganjar Pranowo disela-sela peringatan Hari Pangan Sedunia ke-33 dan Hari Nusantara ke-14 di Purbalingga, Rabu (20/11/2013).
Menurut dia, untuk memenuhi target lahan kedelai, dia akan mendorong para bupati dan walikota agar terus berupaya menambah lahan untuk budidaya kedelai. Sedikitnya seluas 20 ribu hektar sesuai target Kementerian Pertanian (Kementan).
"Kabupaten Banyumas saja mampu menambah sepuluh ribu hektar. Kalau itu terealisasi Jateng bisa melebihi target itu dan kita akan lihat kondisi tanahnya seperti apa," jelasnya.
Dengan keterbatasan lahan yang ada, ini merupakan suatu tantangan tersendiri untuk para ilmuan untuk meningkatkan produksi dengan lahan terbatas. Dia pun memiliki dua solusi yang nantinya bisa dijalankan yakni jika optimalisasi lahan sudah tidak bisa, tinggal melaksanakan intensifikasi.
"Ini merupakan sebuah tantangan bagi para ilmuwan, bagaimana meningkatkan produksi dengan luasan yang terbatas, yang pasti daulat pangan harus didorong dari Jawa Tengah" ujarnya.
Dari data yang ada di Jateng, luas lahan pertanian kedelai mencapai 95.000 ha dan tersebar di 29 kabupaten/kota. Sentra terluas berada di Kabupaten Grobogan yaitu 27.170 ha, sedangkan sisanya tersebar di wilayah lain, seperti Wonogiri, Kebumen, Blora, Demak, Brebes, Rembang, Purworejo, Boyolali, Cilacap, Banyumas, Sukoharjo, dan Pati.
Kedelai Grobogan mempunyai daya tarik tersendiri dengan varietas terbaik di dunia karena memiliki nutrisi tinggi dengan kandungan protein mencapai 43%, berpolong besar, dan produktivitas hingga 2,4 ton per ha. Sehingga Grobogan menjadi pemasok kedelai terbesar di Jateng yang mencapai 43,15 persen dan memenuhi kebutuhan secara nasional mencapai 7,72 persen.
(arb/dru)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!
