Vice President Corporate Communication Pertamina, Ali Mundakir mengatakan infrastruktur penyaluran elpiji ke wilayah timur Indonesia seperti Papua sangat terbatas. Sehingga jasa angkut logistik menjadi sangat besar.
"Karena Indonesia bagian timur tidak adanya stasiun pengisian atau kurangnya stasiun pengisian maka terpaksa mengambil tabung elpiji 12 Kg dari Surabaya," kata Ali di Bandara Halim Perdanakusuma, Minggu (5/1/2014).
Ali mengaku biaya pembangunan infrastruktur ke wilayah timur tersebut sangat besar. Sehingga sulit bagi perusahaan untuk membangun infrastruktur, apalagi dengan kerugian yang terus terjadi pada sektor elpiji.
"Ini salah satu hal yang perlu disadari bersama dengan bahwa dengan bisnis elpiji yang masih rugi ini kemampuan Pertamina dalam membangun infrastruktur minim, untuk pengisian," ujarnya.
Jika infrastruktur sudah terbangun, menurutnya tidak akan ada lagi perbedaan harga gas elpiji yang signifikan.
"Bagi saudara-saudara kita di Indonesia bagian timur juga tidak ada, sehingga ini yang perlu kita pikirkan bersama jangka panjangnya bagaimana menjamin keberlangsungan suplai elpiji bagi seluruh saudara kita di wilayah Indonesia bagian timur," jelasnya.
(mkl/dru)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!
