Menko Perekononian Hatta Rajasa mengatakan, untuk menentukan kenaikan harga BBM bersubsidi diperlukan pembahasan secara menyeluruh. Pemerintah menganggap yang disampaikan Bank Dunia hanyalah sebuah saran biasa.
"Yang menentukan BBM itu naik atau tidak adalah kita, pemerintah. Tidak ada urusan dengan Bank Dunia. Kalau mau saran ya saran saja," ungkap Hatta di kantornya, Jakarta, Rabu (19/3/2014).
Sampai dengan sejauh ini, Hatta menuturkan, belum ada pembahasan soal harga BBM bersubsidi. Pemerintah masih berfokus dalam melaksanakan paket kebijakan ekonomi yang sudah direncanakan.
"Belum ada pembicaraan soal harga BBM. Saya tak ingin berbicara naik atau turun sebelum ada pembicaraan kenaikan BBM," ujarnya.
Saat ini, ia mengatakan anggaran subsidi masih pada tahap aman. Ini dilihat berdasarkan Indonesia Crude Price (ICP) yang masih sesuai dengan asumsi makro yang ditetapkan oleh pemerintah.
Meskipun yang menjadi perhatian adalah nilai tukar rupiah. Karena meskipun volume bisa dijaga, pelemahan rupiah bisa membuat anggaran subsidi membengkak dan melewati target dari pemerintah.
"Kita harus bekerja jaga sustainable dan kredibilitas fiskal," imbuh Hatta.
Sebelumnya, Ekonom Utama Perwakilan Bank Dunia di Jakarta yaitu Jim Brumby mengatakan, presiden baru Indonesia nanti akan menghadapi masalah tingginya subsidi BBM dan listrik, yang menekan keuangan negara.
Jim memberikan saran, agar pemerintahan selanjutnya untuk mengeluarkan kebijakan mengurangi subsidi dengan menaikkan harga BBM. "Menaikkan ada dua, bisa Rp 8.500 per liter, atau menaikkan harga sebesar 50%," katanya.
(mkl/dnl)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!
