Panen Raya Belum Berakhir, Petani Takut Harga Cabai Makin Rontok

Jakarta -Provinsi Jawa Timur (Jatim) sedang mengalami surplus cabai. Panen raya cabai berlangsung mulai bulan Mei dan berlanjut hingga Agustus 2014. Bahkan di bulan Juli ini, panen cabai jauh lebih tinggi dibandingkan bulan Juni lalu.

"Bulan Juli diperkirakan panen cabai di Jawa Timur antara 40.000 ton hingga 50.000 ton, lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang hanya 28.000 ton hingga 30.000 ton," kata Ketua Asosiasi Agribisnis Cabai Jawa Timur Sukoco kepada detikFinance, Senin (14/07/2014).


Sukoco menjelaskan setidaknya ada 38 kota/kabupaten di Jawa Timur penghasil cabai rawit segar. Kota/kabupaten tertinggi penghasil cabai antara lain Blitar, Kediri, Banyuwangi, Jember dan Bojonegoro.


Dengan kondisi ini, para petani khawatir harga cabai kembali anjlok ke titik yang paling rendah. Hari ini harga jual rata-rata cabai rawit di tingkat petani hanya Rp 2.000/Kg, cabai besar Rp 2.500/Kg dan cabai keriting hanya Rp 2.000/Kg. Padahal rata-rata harga produksi ketiga cabai tersebut berkisar Rp 7.000/Kg hingga Rp 8.000/Kg.


"Kami takut harga kembali anjlok ke titik yang paling rendah sehingga petani tidak bisa menutupi kerugian biaya operasional produksi cabai," katanya.


Sukoco memperkirakan anjloknya harga cabai saat ini selain karena masuk musim panen raya juga disebabkan karena rendahnya resapan industri pengguna cabai di dalam negeri. Diduga pelaku industri memilih impor cabai dalam bentuk pasta sehingga pasokan cabai segar di petani menumpuk.


"Biasanya cabai ini panen lalu ia keluar bisa diserap ke kota besar dan masuk juga ke industri. Saya pikir industri ini mengurangi pengambilan cabai segar petani sehingga ada pengurangan jumlah serapan. Mereka (industri) memilih mengimpor cabai dalam bentuk pasta," jelasnya.


(wij/hen)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!