Ekonomi Tiongkok Melambat, Ini Dampaknya ke RI

Jakarta -Menteri Keuangan Chatib Basri mengungkapkan situasi ekonomi tahun depan masih penuh ketidakpastian. Ini karena perekonomian dunia yang juga masih labil.

Menurutnya, salah satu yang masih harus diwaspadai untuk tahun depan adalah perkembangan ekonomi Tiongkok.


"Tahun depan bukanlah tahun yang mudah untuk kita semua. Ekonomi Tiongkok diprediksi tetap melambat, hanya tumbuh sekitar 7,5%. Padahal 5 tahun lalu ekonomi Tiongkok tumbuh 10%," paparnya kala melantik Ngalim Sawega sebagai Ketua Dewan Direktur merangkap Direktur Eksekutif Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) 2014-2019 menggantikan I Made Gde Erata di Gedung Juanda I, Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (9/09/2014).


Perlambatan ekonomi Tiongkok, lanjut Chatib, pengaruhnya akan sampai ke Indonesia. "Tiongkok adalah partner kita, terutama ekspor. Kita paling besar ekspor ke sana," ujarnya.


Dengan melambatnya ekonomi Tiongkok, Chatib berpesan perlu adanya inovasi produk yang berdaya saing serta penetrasi pasar ekspor baru. Hal itu dilakukan agar kinerja ekspor dan neraca perdagangan tidak terganggu.


"Upaya kita adalah untuk meningkatkan daya saing produk di luar negeri menuju nilai tambah yang lebih tinggi. Arah kebijakan pemerintah adalah memfasilitasi hasil olahan produk non migas menjadi produk bernilai tambah. Kemudian diplomasi perdagangan serta ekspor di bidang jasa," paparnya.


Oleh karena itu, lanjut Chatib, keberadaan LPEI menjadi penting. LPEI dapat menjadi fasilitator bagi pelaku usaha untuk memasarkan produk-produk ke luar negeri.


"LPEI diberikan mandat untuk meningkatkan daya saing pelaku bisnis. Tantangan kita saat ini adalah ekspor merosot karena turunnya harga komoditas. Paling tidak yang kita lakukan adalah menahan laju penurunan ekspor nasional. Tugas ini menjadi penting bagi LPEI," tegasnya.


(wij/hds)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!