Subsidi BBM Hanya Ada di Negara Kaya Minyak dan Otoriter

Jakarta -Harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia terbilang murah dibanding negara-negara lain seperti India, Filipina, dan Turki. Penyebabnya, pemerintah masih menggelontorkan subsidi BBM senilai ratusan triliun rupiah setiap tahun.

Demikian dikatakan Wijayanto Samirin, Co-Founder and Managing Director Paramadina Public Policy Institute saat diskusi bertema 'Subsidi BBM, Solusi atau Masalah?' di Double Bay Lounge & Dinner, Ibis Budget Hotel Menteng, Jakarta, Minggu (7/9/2014).


Wijayanto menyebutkan, harga BBM premium di Indonesia jika dikonversi dalam nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) harganya cukup rendah yaitu hanya US$ 0,6 per liter. Sementara di India US$ 1,33 per liter, Filipina US$ 1,29 per liter, dan Turki US$ 2,06 per liter.


Untuk itu, dia menyebutkan, sudah saatnya harga BBM dinaikkan. Wijayanto mengusulkan kenaikan harga BBM di kisaran Rp 1.500-3.000 per liter.


"Range-nya Rp 1.500-3.000. Yang menjadi tugas berat kalau dinaikkan BBM, efeknya akan meningkatkan kesejahteraan long term. Tapi mid term adalah meningkatkan pendidikan, kesehatan, dan menciptakan lapangan kerja dan insentif pada rakyat sehingga mendorong aktivitas produktif sehingga uangnya akan dipakai untuk hal positif, nggak buat beli rokok," paparnya.


Lebih jauh dia menjelaskan, penerapan subsidi BBM di Indonesia selama ini merupakan hal yang salah. Pasalnya, subsidi yang diberikan tidak tepat sasaran.


"Subsidi sejatinya diberikan untuk membantu rakyat miskin. Dulu kita utang buat bayar BBM. Sekarang kita ngutang buat bayar bunga utang. Ini adalah pola hidup yang salah," tegasnya.


Wijayanto mengatakan, subsidi BBM biasanya diberikan di negara yang punya banyak sumber minyak dan menganut sistem otoriter. Sementara Indonesia tidak memiliki dua-duanya sehingga tidak tepat diterapkan.


"Dari 200 negara di dunia, hanya 18 negara yang memberi subsidi. Negara yang memberi subsidi BBM adalah negara kaya minyak dan dipimpin oleh pemimpin otoriter. Padahal Indonesia tidak kaya minyak dan tidak otoriter," tegasnya.


(drk/hds)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!