"Kita tidak hanya sekedar melakukan kerja sama dengan mereka (negara-negara ASEAN). Mereka bisa saja menguasai mata pencaharian kita. Makanya kita perlu menyiapkan diri secara personal maupun organisasi (koperasi)," tutur Risma di sela acara dialog interaktif dengan gerakan koperasi Kota Surabaya, di Sentra Ikan Bulak (SIB) Kenjeran, Minggu (7/9/2014).
Wali kota perempuan pertama di Surabaya ini mengatakan, koperasi di Surabaya harus tumbuh besar karena kunci perekonomian di Indonesia khususnya di Surabaya adalah koperasi. Jika koperasi sudah kuat, maka perusahaan besar ASEAN tidak mudah menyerang perekonomian di Surabaya.
"Itu (profesional dan efisien) yang saya lakukan memimpin Surabaya, saya kontrol sendiri anggaran untuk dinas. Kenapa? supaya operasional kedinasan kecil, sedangkan anggaran untuk pembangunan masyarakat bisa besar," tambahnya.
Risma menambahkan, koperasi tidak hanya fokus pada simpan pinjam. Melainkan harus ada inovasi dari pengurus untuk memajukan koperasi, seperti mengeluarkan produk yang layak dijual ke masyarakat.
"Dengan begitu, perputaran uang di koperasi semakin besar. Minimal menjual bahan kebutuhan sehari-hari," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Surabaya Hadi Mulyono mengatakan, sejak diresmikan SIB, telah terbentuk koperasi pada 14 April 2014 lalu. Anggota yang tergabung sebanyak 38 pedagang dan sampai sekarang omzetnya mencapai Rp 3,3 juta dari modal awal Rp 2,1 juta.Next
(roi/hds)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!
