Batik Indonesia Disukai Orang AS Hingga Jerman, Ini Penyebabnya

Jakarta -Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat, pasar Amerika Serikat (AS) masih menjadi yang terbesar ekspor batik asal Indonesia. Ekspor batik Indonesia ke AS terus meningkat setiap tahun.

"Kita banyak ke Amerika ekspor baju batik. Batik terus naik. Alasannya kenapa? Karena desain daripada batik kita spesifik jadi ya kreativitas perajin kita cukup bagus," ungkap Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag Nus Nuzulia Ishak saat ditemui di Kantor Kemendag, Jalan Ridwan Rais, Jakarta, Kamis (2/10/2014).


Nus menambahkan berbeda dengan batik asal Tiongkok dan Malaysia, batik asal Indonesia mempunyai ciri khas di ornamen desain lukisan batik. Setiap daerah di Indonesia mempunyai jenis batik sendiri dengan ornamen desain yang berbeda.


"Desain gambar dan kualitas jahitan cukup bagus. Kita, Anda lihat sendiri, batik Tiongkok itu desain yang membedakan. Kami optimistis batik kita tetap terus naik," imbuhnya.


Selain disukai masyarakat AS, batik asal Indonesia juga digemari oleh warga Eropa seperti Jerman dan Belanda. "Pasar potensial Eropa dan ASEAN. Nomor satu Amerika," tegasnya.


Menurut catatan Kemendag, ekspor batik ke mancanegara tahun lalu jumlahnya cukup besar atau 10% dari total ekspor tekstil yang mencapai US$ 12 miliar. Total nilai ekspor batik sampai dengan akhir 2012 menembus US$ 278 juta atau melonjak tajam dibanding tahun 2011 yang mencapai US$ 5,88 juta.


Sedangkan dari periode Januari-Maret 2013, nilai ekspor batik sebesar US$ 50,07 juta. Jumlah ini juga meningkat dari periode yang sama 2012 sebesar US$ 42,26 juta. Amerika Serikat (AS) sebagai negara tujuan ekspor menyumbang kontribusi terbesar dari total penjualan ke luar negeri di kuartal I-2013 menjadi US$ 21,18 juta dari kuartal I-2012 sebesar US$ 17,46 juta.


Sementara negara ekspor batik kedua terbesar adalah Jerman dengan nilai penjualan dari US$ 2,68 juta (2012) menjadi US$ 4,52 juta (2013). Sedangkan Korea Selatan berada di urutan ketiga dengan nilai ekspor US$ 3,94 juta (2012) menjadi US$ 1,8 juta (2013).


(wij/hen)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!