Hong Kong Dilanda Unjuk Rasa, Pusat Perbelanjaan Kena Getahnya

Jakarta -Hong Kong merupakan salah satu surga belanja dunia. Mulai dari kaki lima sampai fesyen bermerk kelas dunia dengan harga selangit ada di daerah otonomi Tiongkok ini.

Namun, para pelaku industri ritel di Hong Kong merasakan dampak dari aksi unjuk rasa menuntut pemilihan pemimpin secara langsung. Aksi demonstrasi yang identik dengan payung ini sudah berlangsung selama dua pekan dan menghambat aktivitas ekonomi.


Daerah-daerah yang merupakan pusat belanja diblokade oleh pada pengunjuk rasa. Mereka mendirikan kemah dan bermalam di depan pusat-pusat perbelanjaan.


Papan-papan iklan yang memasarkan produk fesyen ternama seperti Louis Vuitton, Burberry, dan sebagainya, kini harus bersaing dengan poster-poster para demonstran yang menuntut demokrasi. Sejumlah toko memilih tutup, sementara sebagian tetap buka meski sepi pembeli.


"Sektor ritel adalah satu dari empat pilar ekonomi di Hong Kong. Target pertumbuhan ekonomi dari pemerintah untuk tahun ini sudah rendah, sekitar 2%. Situasi yang terjadi sekarang tentunya menjadi tantangan berat," papar Francis Lun, analis keuangan independen, seperti dikutip dari kantor berita AFP, Minggu (5/10/2014).


Pada kuartal II-2014, ekonomi Hong Kong hanya tumbuh 1,8%. Melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yang sebesar 2,6%. Sementara dalam delapan bulan pertama 2014, total penjualan ritel turun 1% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.


John Tsang, Menteri Keuangan Hong Kong, menyebutkan gelombang aksi protes ini mengancam reputasi Hong Kong sebagai tempat investasi utama dunia. "Perhatian kami adalah potensi penurunan kepercayaan investor terhadap sistem ekonomi di sini," tegas Tsang.Next


(hds/hds)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!