Direktur pengembangan metodologi sensus dan survey BPS Dedi Walujadi mengungkapkan banyak petani RI yang memilih beralih profesi menjadi buruh kasar hingga ke luar negeri sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) sektor informal.
"Mereka pergi ke kota hingga Timur Tengah (Timteng) menjadi buruh kasar bahkan sampai ke Hong Kong," ungkap Dedi saat berdiskusi dengan media di Hotel Mercure Ancol, Jakarta, Selasa (7/10/2014).
Penurunan jumlah petani diklaim karena jumlah pendapatan yang cukup rendah di sektor pertanian. Pendapatan rata-rata petani RI hanya Rp 12,41 juta per tahun atau Rp 1,03 juta per bulan, jauh di bawah UMP terendah di Indonesia.
"Jumlah ini masih jauh lebih rendah dari nilai upah minimum provinsi (UMP) di NTT sebesar Rp 1,2 juta per bulan," imbuhnya.
Fenomena anjloknya jumlah petani semacam ini pernah terjadi di negara-negara maju contohnya Amerika Serikat (AS) yang terjadi di tahun 1900. Hanya saja AS yang jumlah petaninya saat ini hanya 3% berhasil mengembangkan pertanian dengan teknologi off screen.
Berbeda dengan AS, sistem pertanian di Indonesia masih dilakukan secara tradisional. Bahkan jika dibandingkan negara tetangga di ASEAN saja, RI kalah bersaing dalam penggunaan teknologi pertanian.Next
(wij/hen)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!