Managing Director Asian Agri Group Kelvin Tio membantah mayoritas lahan sawit di Indonesia dikuasai oleh para konglomerat dan perusahaan-perusahaan besar. Justru menurutnya, perusahaan besar hanya memiliki sedikit dari total lahan sawit di Indonesia.
"Pernah dikatakan, industri kelapa sawit dikuasai oleh 10 perusahaan saja. Tak benar kalau itu dikuasai 10 perusahaan saja," tegas Kelvin di acara Media Gatering Royal Golden Eagle di Orchard Parade Hotel, Singapura, Kamis (4/12/2014).
Kelvin mengatakan, 41% atau 4,5 juta hektar lahan kelapa sawit di Indonesia justru dimiliki oleh petani kecil. Lalu 7% oleh BUMN, dan sisanya oleh ribuan perusahaan swasta.
"Ada 11 juta lahan kelapa sawit, smallholder menguasai 4,5 juta hektar. Sisanya 7% dikuasai PTPN, baru ribuan perusahaan private company. Jadi tak benar kalau industri kepala sawit dikuasai oleh 10 perusahaan saja," tegasnya.
Dia juga menyebut, 41% lahan yang dimiliki petani sangat berkontribusi terhadap keberlangsungan industri kelapa sawit di Indonesia. Rata-rata petani memiliki 2 juta hektar lahan.
"Rata-rata penghasilan mereka Rp 3-5 juta per bulan. Jauh lebih tinggi dari UMP," tutur Kelvin.
Kelvin juga menjelaskan, industri kelapa sawit menyumbang ekspor cukup besar terhadap kinerja perdagangan dalam negeri, yaitu mencapai US$ 20 miliar. Industri ini juga menyerap 4,5 juta tenaga kerja.
"Kalau asumsi 1 kepala keluarga itu 3 orang, maka ada 15 juta orang menggantungkan nafkah di kelapa sawit," tuturnya.
(zul/hds)