Dianggap Berisiko, Pengajuan KPR Pria Bergaji Rp 44 Juta Ini Selalu Ditolak Bank

Jakarta -Perbankan di dalam negeri sangat ketat terhadap calon penerima Kredit Pemilikan Rumah (KPR) terutama untuk profesi tertentu. Hal ini dialami oleh para pekerja lokal yang bekerja di luar negeri seperti pelaut.

Pembaca detikFinance berinisial 'SR' berbagi ceritanya soal sulitnya mengajukan KPR di perbankan dalam negeri cuma gara-gara ia bekerja di negeri orang.


"Saya seorang pelaut dan penghasilan di atas US$ 4.000 (Rp 44 juta/bulan) kerja di kapal perusahaan asing walaupun saya sistem kontrak tetapi saya punya jadwal cuti dan kerja teratur," katanya dalam surat elektroniknya Selasa (9/9/2014).


SR mengaku berkali-kali ditolak pengajuan KPR-nya oleh bank-bank swasta hingga bank BUMN. Bahkan selain mengajukan KPR di bank konvensional, ia juga mengajukan KPR ke bank syariah, namun hasilnya tetap nihil.


"Semua menolak dengan alasan high risk atau beresiko tinggi dengan kerjaan saya. Semua ditolak juga dengan alasan yang hampir sama. Biaya booking saya lewat semua," katanya.


Ia mengaku prihatin dengan sistem perbankan yang semacam ini karena penghasilannya termasuk besar. "Kenapa kami para pelaut sulit untuk mengajukan KPR? Padahal kami pun punya asuransi dan perlindungan dari perusahaan," katanya.


SR akhirnya kini harus menabung beberapa tahun untuk beli rumah secara tunai. "Padahal persyaratan saya lengkap mulai slip gaji data pribadi data perusahaan tetapi tetap tidak bisa jebol KPR-nya," katanya.Next


(hen/hds)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!