Emas Bisa Jadi 'Lumbung' Kekayaan, Bagaimana Keuntungannya?

Jakarta -Emas bisa dijadikan salah satu instrumen investasi jangka panjang oleh berbagai kalangan. Bahkan, sebagian besar masyarakat Indonesia menjadikan emas sebagai penyimpan kekayaan.

Sifatnya yang tahan lama serta nilainya yang terus meningkat, dinilai tepat untuk disimpan dalam waktu lama.


"Kalau jangka panjang, emas lebih baik dari inflasi. 20-30 tahun pertumbuhan harganya lebih baik, kalau jangka pendek harganya fluktuatif. Jangka panjang biasanya untuk penyimpanan kekayaan. Bahkan, bank-bank sentral dunia juga menggunakan emas sebagai cadangan devisa," kata Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual kepada detikFinance, Senin (29/9/2014).


Menurutnya, dalam waktu yang lama, pergerakan harga emas terus meningkat. Di tahun 1980, kata David, harga emas dunia masih berada di angka US$ 200-300 per troy ons. Namun beberapa tahun lalu harga emas sempat mencapai rekor tertinggi US$ 1.800 per troy ons, meski kini kembali ke level US$ 1.200 per troy ons.


Pada 1980-an, harga emas masih sangat rendah imbas dari perekonomian Amerika Serikat (AS) yang memberikan suku bunga tinggi. Masyarakat lebih menyimpan dananya di instrumen obligasi yang memberikan imbal hasil (yield) yang lebih tinggi di kisaran 15%-16% per tahun.


"Kalau emas tergantung fluktuasi harga. Emas untuk jangka panjang, trennya naik terus. Di tahun 1980-an, harga emas dunia masih di angka US$ 200-300 per troy ons. Saat itu harga emas rendah sekali karena waktu itu orang lari ke obligasi karena AS sedang membaik, yield obligasi saat itu sampai 15%-16%," terang dia.


Namun, David melanjutkan, seiring pergerakan waktu, harga emas terus menunjukkan kilaunya. Di tahun 2008-2009 saat krisis global terjadi, harga emas sempat menyentuh level tertingginya di angka US$ 1.800 per troy ons. Ini menjadi salah satu gambaran jika harga emas terus naik dalam waktu lama.


"Di tahun 1980-an, harga emas dunia masih di angka US$ 200-300 per troy ons, sekarang sudah sekitar US$ 1.200 per troy ons, ini naiknya sudah tinggi sekali. 2012 ke sini karena ekonomi AS mulai membaik jadi harga emas turun. Jadi emas itu tergantung pergerakan harga. Biasanya kalau krisis, mereka mau pegang emas fisik. Untuk jangka panjang trennya naik terus," pungkasnya.


(drk/hen)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!