Bank Indonesia (BI) mencatat kenaikan harga BBM subsidi sebesar Rp 1.000 per liter, akan mengurangi impor minyak sekitar US$ 900 juta-1 miliar. Ini termasuk biaya jasa (services).
"Impor minyak akan berkurang US$ 900 juta1 miliar. Termasuk services," ungkap Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo di Gedung DPR/MPR/DPD, Jakarta, Rabu (3/9/2014).
Menurut Perry, hal ini akan signifikan membantu neraca perdagangan. Setelah itu, akan bermanfaat pula membantu mengurangi defisit transaksi berjalan (current account deficit).
"Jadi akan memperbaiki neraca perdagangan dan juga defisit transaksi berjalan," ujarnya.
Dalam skenario awal, BI memperkirakan defisit transaksi berjalan dapat turun menjadi 2,8% dari Produk Domestik Bruto (PDB) tahun depan. Dengan kenaikan harga BBM subsidi, tentunya defisit itu bisa turun menjadi lebih baik lagi.
"Transaksi berjalannya bisa lebih rendah dari skenario baseline," ucap Perry.
(mkl/hds)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!
