Sudah 11 Tahun Subsidi BBM Lebih Besar dari Defisit APBN

Jakarta -Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) masih mencatat defisit karena penerimaan tak mampu menutupi belanja negara. Salah satu penyebabnya adalah subsidi bahan bakar minyak (BBM) yang mencapai ratusan triliun rupiah setiap tahunnya.

Dalam APBN-Perubahan 2014, subsidi BBM dianggarkan Rp 246,5 triliun dan kemungkinan akan lebih dari itu. Sementara tahun depan, subsidi BBM direncanakan Rp 291,1 triliun.


Anggaran subsidi BBM lebih besar ketimbang defisit anggaran. Tahun ini, defisit anggaran direncanakan Rp 241,5 triliun, sedangkan tahun depan Rp 257,6 triliun.


"Subsidi BBM merongrong APBN. Dalam 11 tahun terakhir, subsidi BBM lebih besar dari defisit APBN. Oleh karena itu, wajib harga BBM dinaikkan," tegas pengamat ekonomi Universitas Indonesia Faisal Basri saat diskusi bertema 'Subsidi BBM, Solusi atau Masalah?' di Double Bay Lounge & Dinner, Ibis Budget Hotel Menteng, Jakarta, Minggu (7/9/2014).


Tidak hanya dari sisi APBN, lanjut Faisal, subsidi BBM juga membebani neraca perdagangan. Harga BBM yang murah karena disubsidi menyebabkan konsumsinya naik terus, sementara produksi minyak dalam negeri semakin menurun.


"Cadangan minyak kita terus turun. Artinya yang kita keruk lebih banyak daripada yang kita dapatkan sumur barunya. Produksi 800 ribu barel per hari, turun. Selisih 741 ribu barel ditutup dengan impor, jadi impor hampir sama dengan produksi," papar Faisal.


Dia menambahkan, pemerintah perlu mengambil kebijakan tegas untuk mengatasi situasi tersebut.


"Subsidi membuat APBN defisit. Kita harus menata diri kita agar tidak terlalu terombang ambing dengan kondisi ini," tandasnya.


(drk/hds)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!