Seorang pembaca detikFinance, berinisial 'FN' menceritakan pengalamannya tinggal di sebuah apartemen cukup mewah di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat. Baginya, tarif listrik yang tinggi di rusun/apartemen merupakan hal wajar karena termasuk tarif listrik non subsidi. Selain itu, ia juga tak masalah dengan Iuran Pengelolaan Lingkungan (IPL) di apartemennya karena sebanding dengan fasilitas yang ia rasakan.
"Namun, yang jadi duri dalam daging sebagai penghuni apartemen tersebut adalah biaya internet yang sangat mahal. Saya tidak memiliki pilihan untuk memilih penyedia jasa Internet," keluh FN dalam surat elektroniknya, Rabu (1/10/2014)
Ia mengungkapkan untuk layanan internet dengan bandwidth 512 Kbps dikenakan tarif Rp 440.000 per bulan. Untuk pilihan bandwidth lebih besar lagi seperti 1 Mbps - 1,5 Mbps dikenakan tarif di atas Rp 1-1,5 juta.
"Sementara di luar sana tersedia layanan internet yang jauh lebih murah," katanya.
FN mencoba membandingkan dengan paket dari operator lainnya di luar layanan di apartemennya. Untuk paket Rp 389.000 saya bisa mendapatkan layanan internet dengan bandwidth hingga 10 Mbps.
"Yang artinya 20 kali lipat bandwidth yang saya dapatkan dengan biaya Rp. 440.000/bulan," katanya.Next
(hen/hds)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!
