Demikian dikatakan Sekretaris Perusahaan BUMI Dileep Srivastava di Epiwalk Epicentrum Kuningan, Jakarta, Senin (6/10/2014).
Dia mengungkapkan, meskipun harga batu bara masih belum menunjukkan pemulihan, namun ke depan perkiraannya harga batu bara akan membaik.
Dileep menyebutkan, di semester satu saja, pihaknya sudah mampu memproduksi batu bara mencapai 45 juta ton. Dengan angka ini, target hingga akhir tahun diyakini akan tercapai.
"Kami merasa seharusnya kita bisa menjual batu bara lebih banyak di semester kedua ini. Performance kami kapasitas batu bara 90 juta ton. Kita sudah memproduksi 45 juta di semester pertama tahun ini. Tahun depan bisa lebih tinggi menjadi 100 juta ton dari KPC and Arutmin. Tahun lalu kami menjual 80 juta ton," terang dia.
Dileep mengakui, saat ini kondisi harga batu bara belum pulih bahkan pernah menurun. Namun begitu, pihaknya masih optimis bisa meraup laba.
"Kami mengetahui harga batu bara turun 23-24%. Itu realitasnya. Kita harus menerima bahwa batu bara market-nya lagi terdepresi. Untuk itu, kita maintain the same margin dengan memangkas biaya operasional. Produksi kami lebih tinggi 70% dibandingkan perusahaan lain di Indonesia," jelas Dileep.
Menurut dia, kinerja perseroan akan terus membaik seiring perbaikan ekonomi global yang mendorong harga batu bara.
"Kita masih mencoba. Kita siap untuk bisa menjual 100 juta ton. Saat harga batu bara positif, BUMI akan mendapat banyak keuntungan. Masalah kami saat ini yaitu ketika harga batu bara sedang turun, ini berdampak pada likuiditas kami. Tapi, permintaan dalam negeri masih akan melanjutkan perbaikan. Kami percaya permintaan dalam negeri akan terus naik," pungkasnya.
(drk/ang)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!