Kinerja emiten sektoral pada gilirannya juga akan terganggu terutama yang tergantung dengan bahan baku impor atau yang memiliki utang valas besar. Penyebab pelemahan rupiah akhir-akhir ini selain dipicu tren penguatan dolar AS juga turut dipengaruhi perkembangan politik domestik menyusul terpilihnya kembali Aburizal Bakrie sebagai Ketum salah satu partai politik terbesar di Indonesia, Golkar, yang memperkuat posisi kelompok KMP sebagai oposisi pemerintahan Jokowi-JK. Hal ini dikhawatirkan akan membuat dinamika politik ke depan tetap tinggi karena hubungan pemerintahan Jokowi-JK dengan parlemen dalam situasi kurang menguntungkan bagi pemerintahan. Sementara Wall Street tadi malam melanjutkan tren bullish.
Pasar kembali digerakkan dengan perkembangan ekonomi AS yang terus menguat. Indeks DJIA dan S&P masing-masing menguat 0,18% dan 0,38% ditutup di 17912,62 dan 2074,33. Pasar tengah menanti angka pertumbuhan kesempatan kerja akhir pekan ini yang diperkirakan bertambah 230 ribu November lalu dengan tingkat pengangguran 5,8%. Harga minyak mentah melemah membuat inflasi tetap rendah di AS di tengah pertumbuhan ekonomi yang kuat. Indeks industri jasa atau ISM Non-Manufacturing PMI November naik ke 59,3 di atas estimasi 57,5.
Pada perdagangan hari ini, IHSG diperkirakan bergerak bervariasi dalam rentang terbatas sekitar 30 poin. Tren positif pasar terutama didorong tren bullish pasar saham global berpeluang berlanjut meskipun dibayangi dengan kekhawatiran pelemahan rupiah. IHSG diperkirakan bergerak dengan support di 5150 dan resisten di 5185 berpeluang menguat terbatas.
(ang/ang)