Tambang Bakrie Dicap 'Gagal Bayar' Utang, Sahamnya Masih Layak Dikoleksi?

Jakarta -Standard & Poor's (S&P) menurunkan peringkat utang PT Bumi Resources Tbk (BUMI) menjadi default (D) dari sebelumnya selective default (SD).

Lembaga pemeringkat internasioal itu memprediksi perusahaan Grup Bakrie itu tidak akan menyelesaikan utang-utangnya setidaknya dalam enam bulan ke depan.


Kepala Riset Woori Korindo Securities Reza Priyambada menilai predikat default tersebut tentunya menjadi sentimen negatif bagi perseroan. Tidak menutup kemungkinan, para pelaku pasar akan pasang kuda-kuda untuk berama-ramai meninggalkan perusahaan tambang milik Grup Bakrie tersebut.


"Ini sentimen negatif buat market. Pelaku pasar akan terpengaruh dengan ini. Pelaku pasar akan banyak melakukan aksi jual jadi harga akan turun," terang dia kepada detikFinance, Rabu (3/12/2014).


Reza menjelaskan, jika melihat kinerja perusahaannya, sebenarnya perseroan masih punya potensi untuk memperbaikinya. Potensi cadangan batu bara BUMI yang masih cukup tinggi memungkinkan perseroan mencatatkan kinerja lebih baik.


"Kalau melihat potensi cadangan batu baranya bagus, dia termasuk perusahaan tambang besar di Asia berdasarkan cadangan batu baranya. Pasar belum terlalu kondusif, cadangan batu bara besar tapi pendapatan belum naik, sementara biaya operasinya naik," katanya.


Selain itu, menurut Reza, proyeksi harga batu bara ke depan masih belum ada tanda-tanda membaik. Perekonomian global yang belum kondusif mempengaruhi gerak harga batu bara.


"Ke depan tergantung harga batu bara, belum terlihat adanya perbaikan, ini salah satu efek juga dari perlambatan ekonomi global jadi berimbas pada menurunnya permintaan industri manufaktur. Ketika industri manufaktur menurun, maka penggunaan batu bara dan permintaan batu bara berkurang, kinerja perseroan belum akan positif kecuali ada pemulihan ekonomi lebih cepat," jelas dia.


(drk/ang)