Ini Masalah-Masalah yang Menunggu Pengganti SBY

Jakarta -Indonesia merupakan negara yang sangat luas dan kompleks. Memang tidak mudah mengelola negara ini. Kondisi geografis yang berpulau-pulau, masyarakat yang sangat heterogen, ketimpangan pendapatan yang cukup jomplang, ekonomi yang belum merata, pembangunan infrastruktur yang banyak terkendala, hanya merupakan contoh kecil masalah yang harus segera diatasi oleh para pembuat dan pelaksana kebijakan.

Tantangan ini pula yang sudah menanti para presiden hasil pilihan rakyat tahun ini. Termasuk Joko Wododo, alias Jokowi, yang menempati posisi teratas di sejumlah survei calon presiden.


“PDIP memilih waktu yang tepat untuk mendeklarasikan Jokowi sebagai capres. Langkah ini akan membantu elektabilitas caleg PDIP dan menambah peluang partai ini untuk memenangi Pemilu,” kata Dian Ayu Yustina, Ekonom Bank Danamon.


Dian menyebutkan Jokowi merupakan capres yang sesuai ekspektasi pelaku pasar. “Jokowi dilihat oleh pasar sebagai figur reformis, man of action, punya kepemimpinan kuat, dan membawa optimisme terhadap perekonomian Indonesia. Pasar berharap Jokowi mampu mengatasi masalah korupsi, ekonomi biaya tinggi, dan fasilitasi proyek-proyek infrastruktur,” jelasnya.


Namun Dian menegaskan tugas presiden mendatang, siapapun yang terpilih, sangat berat. Saat ini perekonomian Indonesia tengah melambat, akibat penurunan ekspor dan investasi. Bahkan Bank Indonesia (BI) sudah mengoreksi proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini dari 5,8-6,2 persen menjadi 5,5-5,9 persen.


Indonesia, lanjut Dian, juga punya masalah defisit neraca perdagangan. “Ekspor masih mengalami tekanan karena kita masih melihat perkembangan di AS dan China. Selain itu, harga komoditas juga belum terlalu rebound,” sebutnya.


Sofjan Wanandi, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), juga menyatakan bahwa Jokowi punya tugas yang tidak ringan jika nantinya terpilih sebagai presiden. Ada setumpuk pekerjaan rumah yang belum selesai selama bertahun-tahun, terutama dalam hal pembangunan infrastruktur.


“Bisa memperkirakan pekerjaan kepada masyarakat dengan membuat infrastruktur yang mempersatukan bangsa. Itu PR-nya supaya pertumbuhan ekonomi kita bisa mencapai 10 persen,” tegas Sofjan.


(hds/DES)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!