Kepala Bagian Penataan Ruang Biro Tata Ruang dan Lingkungan Hidup DKI Jakarta Benny Agus Candra menuturkan, selama ini pembangunan di Jakarta hanya terpusat di kawasan selatan yang menjadikan lokasi tersebut semakin padat.
Penyediaan kawasan baru untuk berbagai kebutuhan seperti pembangunan infrastruktur jalan, ruang terbuka hijau dan kebutuhan lainnya pun semakin sulit lantaran lahan yang tersedia semakin terbatas dan harganya semakin mahal.
“Semakin mahalnya daratan dan menipisnya daya dukung lingkungan di darat menjadikan reklamasi sebagai pilihan bagi kota metropolitan dalam memperluas lahannya guna memenuhi kebutuhan akan permukiman,” kata Benny kepada detikFinance, akhir pekan lalu.
Benny menyebutkan biaya yang diperlukan untuk menyediakan lahan baru lewat metode reklamasi hanya sekitar Rp 4 juta hingga Rp 6 juta per meter persegi. Dari sisi ekonomi, ini merupakan solusi yang baik dalam menjawab penyediaan lahan di Jakarta yang sudah sangat mahal.
Di sisi lain, penyediaan lahan baru lewat reklamasi ini sekaligus dapat mendukung pemerataan konsentrasi pembangunan. Selama ini, lanjut Benny, pembangunan hanya terkonsentrasi di kawasan selatan Jakarta saja. Sehingga, kawasan utara Jakarta menjadi tertinggal. Banyak pemukiman kumuh berkembang di sana dan kualitas lingkungan juga menurun.
"Dengan adanya pembangunan waterfront city ini, beban di selatan bisa dialihkan. Di bagian utara pun bisa mendapat perhatian lebih. Sehingga kerusakan lingkungan lebih buruk dapat dihindari," katanya.
Di sisi lain, dengan adanya pulau buatan ini, pencemaran air tanah akibat rembesnya air laut juga dapat dikurangi. "Rembesan air laut dapat dicegah supaya tidak sampai ke tengah kota," pungkasnya.
(hen/ang)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!
