Perubahan hanya terjadi pada asumsi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Dalam rapat di Komisi XI, asumsi kurs diubah dari Rp 11.900 per dolar AS menjadi Rp 11.600 per dolar AS. Namun di Badan Anggaran, asumsi Rp 11.900 per dolar AS kembali dikedepankan.
"Rupiah diasumsikan menjadi Rp 11.900 per dolar AS. Penyebabnya adalah kebijakan bank sentral AS The Fed yang akan menaikkan suku bunga tahun depan," kata Wakil Ketua Badan Anggaran Tamsil Linrung di Gedung DPR/MPR/DPD, Jakarta, Rabu (3/9/2014).
Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo menilai asumsi tersebut sangat realistis dengan kondisi ke depan. Rentang perkiraan BI adalah Rp 11.800-12.000 per dolar AS.
Ia mengakui, tanpa kebijakan The Fed, nilai tukar bisa bergerak lebih kuat menjadi Rp 11.700 per dolar AS. Akan tetapi, kebijakan tersebut sudah pasti direalisasikan tahun depan.
"Ini kita tidak bisa bilang tidak ada. Karena sudah disampaikan sebelumnya akan dilakukan," ujar Perry.
Sementara itu anggota Badan Anggaran Dolfie OFP menerima asumsi tersebut. Begitu pun dengan Fraksi PDI Perjuangan, yang menilai kondisi moneter tahun depan memang sangat ketat.Next
(mkl/hds)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!
