Hal ini diungkapkan Erwidodo, Peneliti Utama Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (PSEKP), saat diskusi ketahanan pangan yang dihadiri oleh pakar ekonomi pertanian di Gedung Bulog, Jakarta, Kamis (2/10/2014)
"Ada pandangan kesejahteraan petani, bilamana petani memperoleh harga yang tinggi. Saya cermati belakangan pemangku kebijakan menyukuri harga pangan yang tinggi, karena mendorong kesejahteraan petani," ungkapnya.
Padahal, menurut Erwidodo, kesejahteraan petani tidak sama sekali meningkat. Karena harga jual produknya tidak jauh berbeda saat harga pangan di tangan konsumen stabil.
"Jadi kesejahteraan petani yang mana yang dimaksud?" tegasnya.
Ia mengatakan, saat beberapa waktu lalu ada lonjakan harga cabai dan bawang merah. Para ibu rumah tangga (IRT) langsung berteriak karena ada peningkatan beban biaya.
"Lalu pemerintah bilang waktu itu, ya orang kan tidak setiap hari makan cabai dan bawang. Itu jawaban apa," papar Erwidodo.
Ini harus menjadi catatan penting untuk pemerintahan ke depan. Karena keberhasilan itu adalah ketika harga pangan stabil dan terjaga daya belinya di masyarakat.
"Saya mengatakan, bukanlah suatu keberhasilan kalau produk pangan harganya mahal. Sangat keliru. Kalau indikator harga tinggi dipakai sebagai keberhasilan. Itu saya bingung," tukasnya.
(mkl/dnl)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!
