"Hampir 80% bahan baku impor terbesar adalah tembaga. Karena itu, kami sangat mendukung penuh pembangunan smelter di Jawa Timur," kata Gubernur Jatim Soekarwo usai menerima audiensi Presiden Direktur Freeport Indonesia di kantornya, Surabaya, Selasa (21/10/2014).
Soekarwo menyebutkan, pihaknya akan memberikan jaminan kepada investor asing yang menanamkan modal di Jawa Timur. Dia menjamin kemudahan perizinan yang diberikan dengan memberikan batas waktu penyelesaian maksimal 14 hari kerja. Asalkan berkas-berkas yang diserahkan didukung dengan dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal).
Pemprov Jatim, lanjut Soekarwo, juga akan memberikan dukungan di bidang infrastruktur yang diberikan secara bertahap.
"Kami harus mengetahui secara detail kendala yang ada dan studi kelayakan yang sudah dibuat, agar tim dari pemprov bisa segera melakukan tindak lanjut," terangnya.
Soekarwo berharap, pembangunan smelter dapat memenuhi kebutuhan bahan baku tembaga. Selain itu dapat menyerap tenaga kerja unskilled (tidak terampil) dari warga sekitar. Sedangkan tenaga yang terampil dapat mengambil dari daerah lain.
"Ini penting karena jumlah pengangguran di Jawa Timur secara umum bisa berkurang," katanya.
Sementara itu, Presiden Direktur Freeport Indonesia Rozik Boediono Soetjipto mengatakan, lahan yang dibutuhkan untuk membangun smelter berkapasitas produksi 1,8 juta ton konsentrat tembaga per tahun adalah sekitar 80 hektar. Freeport memilih Gresik karena pertimbangan jaminan infrastruktur dan industri pengguna produk sampingan smelter.
"Kita akan segera menyeleksi pelaksanaan rancangan dasar smelter," katanya. Freeport juga akan segera menyusun Amdal dan menyusun kendala yang dihadapinya dan akan diserahkan ke Pemprov Jatim.
(roi/hds)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!
