Sinergi Pasar modern dan Tradisional

Jakarta -Bisnis minimarket memang berkembang cukup pesat. Namun bukan berarti tak ada peluang bagi bisnis sejenisnya untuk tumbuh dan berkembang, terutama pengusaha kecil (tradisional). Keberadaan pasar modern kini tumbuh bak jamur di musim hujan, terutama di kawasan perumahan. Namun jumlah pelaku bisnis pasar tradisional masih mendominasi di banding pasar modern. Bahkan pasar modern bisa hidup berdampingan dengan pengusaha kecil tradisional. Seperti Pasar tradisional di BSD, maupun Kota Wisata di Cibubur.

Ke depan bisnis pasar tradisional akan tetap bertahan, namun tidak bisa berkembang seperti yang dilakukan oleh pasar modern. Inilah yang membuat Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) merasa prihatin. Belum lagi tudingan miring penyebab turunnya omzet pasar tradisional disebabkan oleh keberadaan pasar modern. “Ketidaktahuan dalam bisnis ritel yang membuat orang menuding seperti itu,” ujar Pudjianto, Ketua APRINDO.


Oleh karena itu, harus dilakukan pemberdayaan pasar tradisional karena terbukti menjadi pilar ekonomi masyarakat. Kepedulian APRINDO membantu pelaku bisnis pasar tradisional, ada dua strategi. Pertama UKM Produsen yakni memberikan pelatihan kepada pelaku bisnis bagaimana cara mengemas (packging) yang bagus agar menarik pembeli. Pelatihan ini dilakukan pihak hypermarket dan supermarket karena memiliki pengalaman maupun tempat yang luas. Kedua, UKM Ritel yang dilakukan oleh pelaku bisnis minimarket. Kedua strategi tersebut bertujuan agar pasar tradisional bisa bersaing dengan pelaku bisnis modern.


APRINDO mengharapkan pemerintah membantu peritel tradisional untuk mengembangkan usahanya di tengah makin menjamurnya peritel pasar modern. Menurut Pudjianto yang menjadi kendala pengembangan peritel pasar tradisional saat ini adalah kurangnya pendanaan. "Itu berhubungan bagaimana infrastrukturnya. Sudah seharusnya pemerintah juga harus membantu," kata Pudjianto.


“Alfamart misalnya melakukan pembinaan terhadap pengusaha kecil. Jadi ada semacam outlet binaan Alfamart,” kata Pudjianto yang juga sebagai Vice President Director PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. Yang dilakukan selama ini adalah memberi pendidikan manajemen dalam mengelola usaha di bidang ritel. Hal yang sama juga dilakukan Indomaret dengan Outlet Mitra Indogrosir (OMI) yakni


program kemitraan dengan pemilik ritel tradisional, atau investor yang ingin mengelola dan memiliki minimarket modern yang dijalankan secara profesional (waralaba).


Dengan kemitraan ini, maka peritel tradisional mendapat manfaat harga terendah atas pembelian barang dagangan dari Indogrosir, mendapat fasilitas kredit dalam pembelian barang dagangan, dan mendapat bantuan serta bimbingan teknis dalam pengoperasian toko. Untuk mendorong tumbuhnya kemitraan di antara para pelaku usaha ritel di Indonesia, maka gerai tambahannya diwaralabakan ke pihak lain.Next


(adv/adv)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!