"Sedikit sekali negara-negara di dunia masih berikan subsidi BBM. Selain Indonesia ada Arab Saudi, Irak, Venezuela, dan Malaysia. Sisanya, harga BBM ditentukan harga pasar, bahkan ada negara yang berikan pajak tinggi sehingga harga BBM di negaranya lebih mahal dua kali lipat daripada harga pasar," kata Ketua Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Andy Noorsaman Someng kepada detikFinance, Senin (14/7/2014).
Andy mengatakan, keempat negara tersebut tadi masih memberikan subsidi BBM karena produksi minyak mentah negaranya berlimpah.
"Arab Saudi bahkan Venezuela 'mandi minyak' sebenarnya bisa, karena produksinya besar sekali dibandingkan konsumsinya. Termasuk Malaysia produksi minyak mereka masih surplus dibandingkan konsumsi," ungkapnya.
Sementara Indonesia, saat ini produksi minyak mentahnya di bawah 800.000 barel per hari, dengan konsumsi 1,5 juta barel per hari. Namun Indonesia menjual harga BBM murah, Rp 5.500 per liter-Rp 6.500 per liter. Bahkan Indonesia terpaksa impor minyak untuk mencukupi kebutuhan BBM nasional.
"Ada contoh lain, seperti di Singapura dan Turki, harga BBM dipajaki jadi lebih mahal. Bahkan di Turki harganya Rp 28.000 per liter, di sana pemerintahnya tahu kalau BBM itu jumlahnya sedikit, tidak dapat diperbaharui, mereka memikirkan generasi selanjutnya anak cucu mereka, kalau dikuras sekarang besok generasi mereka mau pakai apa?" katanya.
"Banyak negara itu tidak menjadikan BBM atau minyak bumi sebagai pendapatan APBN mereka, justru dijadikan sebagai tabungan atau pendorong ekonomi, ekonomi kreatif, industri, jasa itu yang harus jadi andalan termasuk di Indonesia, bukan bahan baku atau produksi sumber daya alam, saat ini Indonesia kan masih mengantungkan diri pada SDA-nya," tutup Andy.
(rrd/dnl)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!
