Baru 55 Juta Orang Indonesia Melek Soal Keuangan

Bandung -Indonesia terus mendorong peningkatan akses jasa keuangan kepada masyarakat. Sayangnya upaya tersebut masih belum seimbang dengan tingkat pemahaman masyarakat akan industri jasa keuangan itu sendiri.

Sri Rahayu Widodo, Deputi Komisioner Edukasi dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menerangkan, saat ini indeks literasi keuangan masyarakat indonesia baru 21,7%. Artinya, dari 253,6 juta jiwa penduduk Indonesia baru 55,03 juta jiwa saja yang benar-benar paham tentang industri keuangan dan produk jasa keuangan.


"Indeks literasi keuangan kita baru 21,7%. Artinya, tingkat melek masyarakat terhadap industri keuangan dan produk jasa keuangan masih rendah sekali," kata Wiwi saat menggelar pelatuhan di Trans Luxury Hotel, Bandung, Sabtu (23/8/2014).


Rendahnya tingkat literasi ini, terutama disumbang oleh tidak imbangnya antara tingkat pertumbuhan industri jasa keuangan dengan tingkat kesdaran masyarakat untuk mempelajari produk-produk jasa keuangan itu sendiri.


"Padahal industri jasa keuangan dan produk jasa keuangan sangat dinamis dan terus berkembang. Sehingga pemahaman masyarakat harusnya ikut dikembangkan dan di-refresh (diperbaharui) terus," tegas dia.


Secara sederhana, ia menggambarkan, rendahnya kesadaran masyarakat akan produk jasa keuangan dapat dilihat dari masih enggannya masyarakat untuk melihat persyaratan dan ketentuan penggunaan produk jasa keuangan seperti kartu debit, kartu kredit dan produk lainnya.


Hal ini menimbulkan kondisi yang rentan menimbulkan kerugian di masyarakat pengguna jasa keuangan itu sendiri.


"Inilah mengapa penting masalah literasi keuangan perlu diedukasi secara terus menerus," pungkasnya.


(ang/ang)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!