Chatib Basri: Ekonomi 2014 Penuh Tantangan

Jakarta -Kondisi perekonomian di tahun ini tidak jauh berbeda dengan 2013 lalu. Sejumlah tantangan dan hadangan dari luar maupun dalam negeri masih akan menghantui perekonomian Indonesia.

"Tahun 2014 bukanlah tahun yang mudah untuk kita semua. Ada beberapa hal yang menjadi tantangan Kementerian Keuangan (Kemenkeu)," ungkap Menteri Keuangan Chatib Basri saat melantik pejabat eselon II Kemenkeu di Gedung Djuanda, Kantor Pusat Kemenkeu, Jakarta Pusat, Senin (24/3/2014).


Apa saja yang menjadi kendala kondisi ekonomi Indonesia di 2014? Sama seperti tahun lalu, Chatib menyebut periode ekonomi di tahun ini masih sulit. Salah satu sebabnya adalah berakhir era easy money yang pernah terjadi di 2012, di mana saat itu arus modal asing mengalir deras ke Indonesia.


"Tantangan yang ada akibat risiko ekonomi yang muncul dari perubahan kebijakan baik eksternal maupun internal. Era tahun ini adalah era baru yang diakhiri oleh era easy money yang cukup beruntung, karena arus modal mengalir ke negara berkembang termasuk Indonesia. Sehingga tekanan fiskal kita lebih mudah dihadapi di tahun 2009-2012," tuturnya.


Sejak saat itu, kondisi ekonomi Indonesia sedikit memburuk salah satunya ditandai turunnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Sementara itu kondisi ekonomi dunia yang juga memburuk, membuat nilai ekspor komoditi unggulan Indonesia seperti sawit anjlok, sehingga mengurangi pendapatan devisa negara.


Sedangkan faktor lainnya adalah berkurangnya produksi minyak mentah Indonesia dan penerimaan pajak yang tidak mencapai target.


"Sejak tahun lalu upaya koita menjaga resiko fiskal menjadi tidak mudah seperti lifting (minyak), nilai tukar dan hal-hal yang kita temui yaitu berkurangnya harga komoditi dan berkurangnya penerimaan nilai pajak," imbuhnya.


Untuk itu, Chatib meminta agar pegawainya lebih bekerja keras dan melakukan terobosan untuk membalikkan kondisi perekonomian Indonesia di tahun 2014.


"Tantangan kita di tahun 2014 tidak mudah. Ada beberapa isu penting seperti berkurangnya nilai komoditas membuat revenue (penerimaan) kita mengalami pengurangan. Anggaran kita berharap tetap sustainable," cetusnya.


(wij/dnl)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!