Layar Tancap BUMN 'Si Unyil' Sempat Diwarnai Mati Listrik

Jakarta -Pemutaran film layar tancap di Kantor Pusat Perum PFN, Jalan Otto Iskandardinata Raya, Jakarta Timur sempat diwarnai mati listrik. Selain itu, hujan yang turun rintik-rintik juga sempat jadi masalah.

Meski demikian, acara pemutaran film layar tancap ini tetap berlanjut. Di bawah langit yang mendung, sekitar 30-an tamu undangan duduk bersila dengan beralaskan tikar sambil menikmati film pertama yang diputar mulai pukul 20.00 WIB.


Tamu undangan terlihat serius melihat film pertama yang diputar yakni Djakarta 66. Film yang berdurasi 135 menit ini berkisah tentang pergolakan mahasiswa di Jakarta menuntut pembubaran PKI pada tahun 1966.


Gambar pada layar 4,5 x 10 meter, terlibat bergaris-garis karena mesin proyektor film merupakan keluaran tahun 1990an. Saat 30 menit berjalan, tiba-tiba film terhenti karena aliran listrik terhenti dari genset. Tak berlangsung lama, film bisa diputar kembali setelah teknisi berhasil mengatasi masalah.


"Mohon maaf ya, ada gangguan teknis," kata seorang panitia kepada tamu undangan di Kantor Pusat PFN, Jakarta, Sabtu (29/3/2014).


Acara pun dilanjutkan kembali. Setelah film Djakarta 66, dilanjutkan dengan pemutaran film legendaris yakni Benjamin Biang Kerok hingga Bernafas Dalam Lumpur.


PFN sendiri merupakan BUMN perfiliman. PFN adalah perusahaan peninggalan Belanda. Sejak berdiri dari tahun 1936, PFN telah memiliki dan memproduksi 46.000 koleksi karya audio visual, film dokumenter hingga film layar lebar telah diproduksi.


Film buatan PFN paling terkenal antara lain film anak Si Unyil dan film dokumenter Pengkhianatan 'G 30 S PKI'.


(feb/ang)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!