Rokok Kretek, Penopang Ekonomi di Zaman Belanda

Yogyakarta -Industri rokok kretek mampu menjadi penopang ekonomi di zaman Belanda saat Hindia Belanda mengalami krisis Malaise pada tahun 1930-an. Saat itu semua industri/perusahaan milik Belanda seperti gula mengalami kebangkrutan.

Sementara itu industri rokok kretek bertahan. Itu disebabkan karena industri rokok kretek dikonsumsi penduduk pribumi dan dikelola para saudagar-saudagar pribumi.


"Saat itu semua perusahaan-perusahaan besar milik Hindia Belanda hancur dihantam depresi ekonomi. Sedangkan industri kretek tidak," kata sejarawan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Gadjah Mada (UGM) Dr Sri Margana dalam acara peluncurkan buku 'Kretek Indonesia Dari Nasionalisme hingga Warisan Budaya' di Ruang Seminar Perpustakaan UGM, Yogyakarta, Kamis (27/3/2014).


Menurut dia, industri kretek dulu pernah jadi tulang punggung perekonomian Hindia Belanda yang terhantam krisis, yang disebut krisis Malaise tahun 1930-an.


Industri kretek sebagian besar berbasis di desa sebagai industri rumahan. Meski begitu, industri ini mampu berkembang sangat pesat.


"Industri kretek ini merupakan satu-satunya industri milik pribumi. Namun kita tidak akan menemukan orang pribumi yang menjadi direktur perusahaan-perusahaan besar saat itu," kata Margana.


Saat itu, lanjut Sri, industri kretek di Indonesia zaman Hindia Belanda merupakan sumber ekonomi para penduduk pribumi. Alasannya, dari hulu ke hilir, seluruh bahan baku pembuatan kretek berasal dari orang-orang pribumi.Next


(dnl/dnl)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!