Rusia Diserbu Sanksi AS dan Barat, Siapa yang Rugi?

Moskow -Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Eropa Barat memberikan sejumlah sanksi kepada Rusia karena mengambil alih Crimea dan Ukraina lewat referendum. Siapa yang paling rugi dari sanksi ini?

Sanksi awal yang diberikan AS dan Barat kepada Rusia adalah membekukan aset-aset sejumlah pejabat Rusia di luar negeri, dan memblokir visa mereka. Sanksi ini memang minim dampaknya. Tapi pekan lalu, Visa dan Mastercard memblokir layanan kartu kredit di 2 bank Rusia yaitu Rossiya dan SMP, dan sepertinya akan ada sanksi-sanksi lainnya.


"Keputusan pemberian sanksi ke Rusia ini mulai memberikan ketidaknyamanan bagi Rusia. Sepertinya akan ada sanksi tambahan yang menyentuh sektor perdagangan dan ekonomi. Ini akan mengancam investor dan komunitas bisnis di Rusia," kata Chris Weafer, Partner Senior sebuah perusahaan yang berbasis di Moscow dengan nama Macro-Advisory, seperti dilansir dari CNBC, Selasa (25/3/2014).


Kalangan patriotik di Rusia membuka rekening di Bank-Rossiya sebagai respons melawan sanksi yang diberikan AS dan Barat. Menurut sejumlah kalangan, sanksi berikutnya yang akan diberikan kepada Rusia bakal menyasar sektor perdagangan.


"Ada sejumlah rumor yang melaporkan bahwa pesanan barang dan jasa dari dan ke Rusia dibatalkan," ujar Ekonom dari Citi Stephen Leach.


Meluas kekhawatiran lapangan pekerjaan akan terancam di Barat bila sanksi ke Rusia berlanjut. Perusahaan yang terancam sanksi ini adalah seperti Boeing yang menggunakan titanium dari Rusia, dan General Electric yang menyewakan banyak pesawat kepada maskapai-maskapai penerbangan Rusia.


Akan ada pertemuan negara-negara G7 tahun ini yang dihadiri, Kanadam Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, dan AS di Eropa. Pertemuan ini diperkirakan akan mengeluarkan sanksi lanjutan untuk Rusia.


Jerman selaku partner dagang terdekat Rusia, dengan 6.000 bisnis terhubung dengan Rusia, telah mengeluarkan sejumlah langkah terkait sanksi untuk Rusia. Pekan lalu, pemerintah Jerman membekukan rencana sebuah perusahaannya, yaitu Rheinmetall, untuk membangun kamp prajurit Rusia. Nilai kontrak tersebut mencapai 100 juta euro (US$ 140 juta) atau sekitar Rp 1,4 triliun.


Menurut Deputi Menteri Pertahanan Rusia Anatoly Antonov, tinfakan ini sangat tidak diterima. Kalangan ekonom telah menurunkan prediksi pertumbuhan ekonomi Rusia dan Ukraina di tahun ini.


Sekitar US$ 45 miliar hingga US$ 50 miliar atau hingga Rp 500 triliun dana asing keluar dari sektor keuangan Rusia.


(dnl/dru)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!