"Anggaran riset yang hanya 0,1% dari GDP harus jadi perhatian. Kita menambah Rp 10 triliun untuk riset," ungkap Hatta dalam debat calon wakil presiden di Hotel Bidakara, Jakarta, Minggu (29/6/2014).
Dengan demikian jangkauan riset juga akan lebih luas dari yang ada saat ini. Lembaga riset mampu menjangkau sektor pangan, energi, kesehatan, transportasi, pertanahan, dan sebagainya.
"Difusi knowledge ke market. Pangan, energi, kesehatan, transporatasi, material, pertahanan," katanya.
Menurutnya, dana tersebut tidak hanya dioptimalkan dari APBN, bisa mengajak swasta. "Dalam konteks ini, dana itu bisa juga diambil dari swasta. Ini ada dalam UU kita," tukasnya.
Sebelumnya, Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Gusti Muhammad Hatta menyampaikan, dana untuk pengembangan ilmu pengetahuan yang ada di Indonesia masih sangat kecil. Padahal dana iptek manfaatnya banyak sekali.
Gusti menambahkan, persentase investasi penelitian dan pengembangan (Litbang) di Indonesia masih sangat kecil.
"Dana penelitian kita itu sangat kecil, ada yang bilang 0,09% dari PDB dan ada yang bilang 0,1% dari PDB. Kementrian Ristek dengan 7 LPMK itu Rp 3,6 triliun-Rp 3,9 triliun. Kemudian jika digabungkan dengan kementerian lain yang punya litbang itu hanya Rp 10 triliun, padahal APBN kita sudah Rp 1.700 triliun. Kalau 1% saja sudah Rp 17 triliun. Itu baru dibandingkan dengan APBN, bandingkan dengan PDB akan lebih kecil lagi," papar Menristek.
Jika dibandingkan dengan negara maju lainnya, angka ini masih jauh lebih tertinggal. Pada 2012, dana penelitian Singapura sebesar 2,6% dari PDB. Sedangkan Malaysia 0,8% dari PDB, Jepang 3,4% dari PDB, dan Korea Selatan 3,6% dari PDB.
(mkl/hds)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!
