Bos Mandiri Ingin Sektor Properti Jangan Hanya Jadi Sarana Investasi

Jakarta -Budi Gunadi Sadikin, Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), menyatakan sektor perumahan perlu penataan ulang. Sektor properti jangan hanya jadi sarana investasi yang membuat harganya melambung. Akhirnya, kelompok masyarakat bawah semakin sulit untuk memiliki rumah.

"Kembalikan fungsinya bukan sebagai investasi tapi tempat tinggal sehingga tidak ada spekulasi. Banyak orang beli banyak rumah, beli awal Rp 5 miliar dalam setahun dijual Rp 7,5 miliar. Itu banyak terjadi," tutur Budi kala ditemui di Hotel Ritz Carlton Pacific Place, Jakarta, Senin (18/8/2014).


Perumahan, lanjut Budi, merupakan hajat hidup orang banyak. "Harus balance antara profit margin dengan kebutuhan rumah. Ini bukan investment game," tegasnya.


Rumah sebagai sarana investasi, tambah Budi, memang tidak ada salahnya. Namun harus seimbang dengan kebutuhan untuk tempat tinggal sehingga harga tidak bergerak liar dan menyulitkan masyarakat menengah-bawah untuk membeli rumah.


"Perlu mengendalikan dan menyeimbangkan kepemikilan rumah antara untuk tempat tinggal dan investasi terutama orang kaya sehingga tidak ada spekulasi. Saya kira pemahaman yang sama ada di regulator juga," katanya.


Budi juga menjelaskan mengenai besarnya kebutuhan dana untuk mengatasi kekurangan pasokan perumahan (backlog).


"Total pendanaan untuk pembiayaan properti Rp 2.250 triliun setiap tahun, butuh 15 ribu rumah per tahun. Bank Mandiri saja cuma bisa memberi pembiayaan ke satu sektor Rp 25 triliun, sementara kredit properti yang harus dipenuhi Rp 2.250 triliun," paparnya.


(hds/ang)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!