Pekerja Perkebunan di Malaysia Didominasi TKI, Ini Alasannya

Jakarta -Mayoritas tenaga kerja sektor perkebunan terutama kelapa sawit di Malaysia didominasi pekerja Indonesia. TKI memilih bekerja di Malaysia sebagai buruh perkebunan, karena upah yang mereka terima jauh lebih tinggi, dibandingkan upah minimum provinsi (UMP) DKI Jakarta.

"Buruh-buruh Indonesia itu banyak masuk ke perkebunan di Malaysia, karena upahnya hampir sama dengan Jakarta atau bahkan lebih tinggi," kata Dewan Pengupahan DKI Jakarta dari Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Asrial Chaniago kepada detikFinance, Sabtu (8/11/2014).


Menurut Asrial, buruh perkebunan Malaysia seperti di Sabah dan Serawak rata-rata mendapatkan gaji sekitar 800 ringgit atau setara dengan Rp 2,9 juta per bulan. Sementara upah di Jakarta hanya Rp 2,4 juta per bulan.


"Tetapi justru profesi buruh perkebunan di Malaysia sama sekali tidak dilirik oleh masyarakat Malaysia. Mereka bilang menjadi buruh perkebunan tidak akan mencukupi kebutuhan hidupnya setiap bulan," imbuhnya.


Asrial menambahkan, masyarakat Malaysia lebih memilih mencari pekerjaan di pusat kota Malaysia seperti Penang dan Johor, karena upah yang jauh lebih besar. Pekerja di pusat kota Malaysia minimal mendapatkan upah sebesar 900 ringgit atau sekitar Rp 3,2 juta/bulan tergantung negosiasi gaji antara pekerja dan pengusaha.


"Sistem kita berbeda dengan mereka. Penetapan upah di Malaysia dikembalikan kepada pasar karena kesempatan kerjanya banyak namun jumlah tenaga kerjanya terbatas lalu biaya hidup mereka tinggi. Kita tidak bisa disamakan Malaysia," jelasnya.


(wij/dnl)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!