Ketua Umum Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) Eri Purnomohadi mengatakan, dengan kondisi Indonesia banyak memiliki gas bumi, seharusnya pemerintah mendorong agar pabrikan mobil memproduksi mobil berbahan bakar gas.
"Saya tidak ingin bilang kebijakan LCGC tidak tepat. Namun, melihat kondisi kita, impor BBM makin banyak, sementara gas bumi kita banyak diekspor, kenapa produsen mobil tidak didorong memproduksi mobil yang mengkonsumsi gas. Para produsen mobil diberikan keringanan pajak seperti mobil LCGC, sehingga mereka mau membuat mobil yang pakai gas," ungkap Eri kepada detikFinance, Rabu (26/3/2014).
Eri mengatakan, minimnya mobil yang mengkonsumsi gas, tentunya minat pihak swasta untuk mendirikan SPBG (stasiun pengisian bahan bakar gas) minim.
"Ini seperti ayam sama telur, tapi saya pikir ayamnya dulu harus ada, yakni mobilnya dulu harus ada, artinya ada yang beli jika kita investasi SPBG," katanya.
Eri menambahkan, percuma saja pengusaha SPBU disuruh investasi SPBG dengan tawaran margin usaha tinggi, tetapi yang beli sedikit.
"Kita walau ditawarin margin tinggi Rp 1.000 per liter, tapi yang beli sehari hanya 5-10 mobil ya tetap nggak mau. Makanya kita mengharapkan ada kebijakan dari Kementerian Keuangan untuk memberikan keringanan pajak seperti di LCGC untuk mobil yang pakai gas, sayang gas kita banyak sekali tapi kita malah pakai BBM yang impor dan lebih kotor (polusi)," tutupnya.
Seperti diketahui, Kementerian Keuangan telah memberikan insenstif atau keringanan pembebasan bea masuk untuk komponen impor mobil LCGC termasuk PPnBM. Dengan syarat utama, mobil LCGC yang diproduksi harus menggunakan BBM non subsidi. Namun kenyataannya justru saat ini banyak mobil LCGC yang pakai BBM subsidi.
(rrd/dnl)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!
