Pemerintah RI Sulit Kembangkan Gas dari Batu Bara yang Melimpah

Jakarta -Pemerintah masih kewalahan untuk mengembangkan Coal Bed Methane (CBM) atau gas di dalam batu bara. Padahal, selain banyak gas bumi, Indonesia juga memiliki banyak stok batu bara. Tetapi masih suka mengimpor BBM.

Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Susilo Siswoutomo mengatakan, potensi CBM di dalam negeri mencapai 400 triliun kaki kubik (tcf). Namun yang direalisasikan hingga saat ini masih sedikit.


"Potensi sangat besar yaitu 400 tcf. Tapi sekarang masih sedikit. Padahal future dari gas itu di situ, gas yang ada itu makin lama makin sedikit," ungkap Susilo dalam sambutannya pada acara International Indonesia CBM (IndoCBM), di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Selasa (25/3/2014).


Susilo mengungkapkan,kendala pertama yang membuat pengembangan CBM masih sangat minim adalah peralatan yang tidak mencukupi, kedua adalah harga jual CBM yang masih belum mencapai keekonomian.


"Kelangkaan peralatan. Ini tidak ada peralatan yang lengkap. Jadi infrastruktur peralatan itu kendala yang pertama. Kemudian harganya (CBM) relatif lebih murah atau tidak mencapai keekonomian," ujarnya.


Kendala selanjutnya adalah tenaga kerja yang tidak mencukupi. Untuk mengendalikan rig (alat bor), menurutnya, harus dilakukan oleh tenaga kerja dengan kemampuan yang handal.


"Makanya, saya minta Badiklat ESDM dan IATMI (ikatan ahli teknik perminyakan indonesia) agar memberikan pelatihan kepada tenaga kerja di Indonesia. Karena sebenarnya kebutuhan tekanan kerja di sini besar, ada ribuan. Tapi, kalau skill-nya nggak cukup, kan sulit," sebutnya.Next


(mkl/rrd)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!