RI Punya Gas Bumi Banyak, Sayang 48% Masih Diekspor

Jakarta -Gas bumi merupakan bahan bakar paling murah jika dibandingkan dengan minyak, LPG atau batu bara. Namun sayangnya 48% produksi gas bumi di Indonesia masih diekspor ke luar negeri, sementara masyarakat Indonesia lebih banyak menggunakan BBM dan LPG.

Berdasarkan data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), produksi gas bumi pada 2013 mencapai 7,03 miliar British Thermal Unit (BBTUD).


Dari 7,03 BBTUD, dialokasikan untuk pasokan domestik baik untuk industri dan rumah tangga mencapai 3,660 BBTU atau 52,1%, sedangkan 47,9% atau 3,370 BBTUD masih diekspor ke luar negeri seperti ke Korea Selatan, Jepang, China dan lainnya.


Padahal, bagi dibeberapa negara yang mengimpor gas bumi dari Indonesia seperti Korea Selatan dan Jepang, justru memanfaatkan gas tersebut untuk transportasi sebagai bahan bakar taksi, bus dan rumah tangga.


Kunjungan detikFinance bersama PT Pertamina (Persero) ke konferensi Gastech 23-27 Maret 2014 di KINTEX, Seoul, berkesempatan menyaksikan langsung kemajuan Korsel dalam hal pemanfaatan gas.


Misalnya taksi, di Korsel semua kendaraan umum khususnya taksi harus memakai LPG. Mesin taksi yang menggunakan bahan bakar LPG memiliki suara lebih senyap daripada bahan bakar gas (BBM). Selain itu, sangat sedikit polusi yang dihasilkan, berjalan kaki di Seoul jauh lebih nyaman daripada di negara-negara yang masih menggunakan BBM untuk kendaraan.


Sepanjang perjalanan di Kota Seoul, pemandangan stasiun pengisian LPG dan CNG merupakan hal biasa. Selain kendaraan taksi dan bus, terlihat kendaraan-kendaraan pribadi pun mengantre mengisi bahan bakar gas (BBG).


Seorang warga Seoul bernama Hyunn-Jin mengatakan, di negaranya hampir seluruh rumah tangga menggunakan gas. Ia beralasan penggunaan gas lebih murah daripada bahan bakar lainnya.


"Pakai gas jauh lebih murah. Semua rumah di sini pakai gas (gas kota)," kata Hyunn-Jin kepada detikFinance, di Seoul, kemarin.


Di Indonesia sendiri, baru pemanfaatan gas bumi baik untuk transportasi dan rumah tangga belum terlalu banyak. Transportasi yang menggunakan gas masih didominasi busway, bajai dan tanksi mewah, sementara untuk rumah tangga masih terpencar-pencar di beberapa daerah. Program konversi BBM ke BBG pun sampai saat ini masih terkesan jalan ditempat.


(rrd/dru)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!