Banyak Pejabat Takut Ambil Keputusan, Pengeboran Minyak di RI Sepi

Jakarta -Produksi minyak nasional terus menurun jadi hanya 788.000 barel per hari, cadangan minyak terus berkurang di bawah 12 tahun lagi, sementara investor yang mencari minyak di Indonesia makin berkurang.

Salah satu gambarannya, tercermin dari realisasi pengeboran eksplorasi sumur minyak dan gas bumi (migas) pada semester I-2014.


"Realisasi program pengeboran sumur eksplorasi mencari minyak dan/atau gas bumi yang baruhingga Juni 2014 hanya 40 sumur, sementara target tahun ini untuk eksplorasi pencarian migas baru mencapai 130 pengeboran sumur," ungkap Pelaksana Tugas Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Johanes Widjonarko di acara Laporan Kinerja SKK Migas Semster I-2014, di City Plaza Lantai 9, Gatot Subroto, Senin (18/8/2014).


Saat ini, para perusahaan (Kontraktor Kontrak Kerjasama/KKKS) hanya melakukan perawatan sumur serta untuk mempertahankan atau mengurangi penurunan produksi sumur-sumur migas.


"Hal tersebut tercermin dari realisasi pengeboran sumur pengembangan yang ditargetkan tahun ini 710 sumur realisasinya sudah mencapai 663 sumur atau pencapaian target sudah 93,4% sedangkan realisasi program work over mencapai 428 sumur dari target 528 sumur," kata Widjonarko.


Seperti diketahui, makin banyaknya eksplorasi sumur mencari cadangan minyak dan gas bumi baru berpeluang menambah cadangan migas nasional. Penemuan cadangan migas yang baru hari ini pun, hasilnya baru akan dirasakan 6-7 tahun yang akan datang.


Deputi Pengendalian Perencanaan SKK Migas Aussie B. Gautama mengatakan, penyebab minimnya pengeboran atau eksplorasi sumur minyak yang baru karena banyak pejabat yang tidak berani ambil keputusan, dan takut dikriminalisasi.


"Itu salah satunya, banyak pejabat yang takut disangka korupsi ketika ambil keputusan, kedua banyaknya perizinan yang harus dipenuhi untuk mengebor minyak di Indonesia, sejak 2-3 tahun terakhir banyak sekali perizinan karena otonomi daerah, mau dipotong izinnya sulit, kalaupun dipangkas nggak berani juga takut juga dikira ada apa-apa. Akibatnya investor melihat portofolio di negara lain yang lebih menarik sehingga memiliki investasi di negara lain," tutupnya.


(rrd/dnl)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!