Penjualan Rumah Kelas Menengah Melonjak 33%, Harga Properti Melesat

Jakarta - Secara periodik tiga bulanan, Bank Indonesia (BI) kembali merilis hasil survei harga properti residensial. Dalam survei triwulan I-2013, BI mencatat terjadi kenaikan penjualan rumah kelas menengah hingga 33,6%, yang dibarengi kenaikan harga rumah pada periode awal tahun.

Istilah rumah kecil dalam survei ini merujuk pada rumah dengan luas di bawah 36 m2, sedangkan rumah tipe menengah dalam rentang 36-70 m2 dan rumah tipe besar , dengan ukuran di atas 70 m2.


"Tingkat penjualan properti residensial pada triwulan I-2013 meningkat. Hasil survei menunjukan terjadi peningkatan penjualan sebesar 25,63% q to q (dibandingkan tiga bulan sebelumnya). Peningkatan penjualan terutama pada rumah tipe menengah yaitu sebesar 33,60%," jelas suvei BI dikutip, Rabu (15/5/2013)


BI menjelaskan lokasi kenaikan penjualan rumah kelas menengah tertinggi terjadi di Jabodebek dan Banten.


Selain itu, tercatat kenaikan harga rumah rata-rata selama triwulan I-2013 sebesar 4,78% dibandingkan triwulan sebelumnya (q to q). Kenaikan ini sangat tinggi dibandingkan kenaikan pada triwulan IV-2012 yang hanya 3,81%.


"Faktor utama penyebab kenaikan harga properti residensial berasal dari kenaikan harga bahan bangunan (34,33%), kenaikan upah pekerja (23,72%), serta masih mahalnya biaya perizinan (16,85%)," jelas BI.


Lagi-lagi, tercatat kenaikan harga rumah paling tinggi terjadi pada rumah tipe kecil sebesar 8,3%. Secara wilayah kenaikan harga rumah paling tertinggi terjadi di Surabaya sebesar 8,02%, terutama pada tipe kecil yang mencapai 11,43%.


Bahkan yang cukup mencengangkan, kenaikan harga rumah dibandingkan triwulan I tahun lalu tercatat mengalami kenaikan hingga 11,19%. Padaha pada periode triwulan I-2012 kenaikan harga rumah hanya 6,98%.


Kenaikan harga rumah tertinggi pada tipe rumah kecil 16,27%, kenaikan tertinggi terjadi di Surabaya khususnya tipe kecil mencapai 16,28%. Selain itu tercatat kenaikan harga tertinggi terjadi pada rumah kecil 22,22%.


Survei harga properti residensial merupakan survei tiga bulanan yang dilaksanakan sejak triwulan I-1999 oleh BI. Dilakukan terhadap sampel kalangan pengembang properti di 12 kota yaitu Medan, Palembang, Bandar Lampung, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Banjarmasin, Manado, dan Makassar.


Wilayah Jabodetabek mulai disurvei pada triwulan I-2002, dan pada triwulan I-2004 ditambah kota Pontianak sehingga menjadi 14 kota. Total responden yang disurvei mencakup 45 pengembang utama di Jabodetabek dan Banten dan sekitar 215 pengembang di 13 kantor Bank Indonesia.


(hen/dnl)