Namun, konsumsi minyak dalam negeri di Arab Saudi masih jauh dibandingkan produksinya yaitu 2,8 juta barel per hari. Oleh karena itu, Negeri Petro Dolar ini jadi anggota utama di Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC).
Meski begitu, sudah banyak suara yang menyatakan bahwa negara-negara Teluk (termasuk Arab Saudi) untuk tidak lagi bergantung pada minyak sebagai pendorong ekonomi. Maklum, minyak adalah sumber daya alam yang tidak terbarukan sehingga suatu saat pasti habis.
Salah satu yang mendorong agar Arab Saudi tidak lagi bergantung pada minyak adalah Pangeran Alwaleed Bin Talal Al Saud. Sang pangeran bukan orang biasa. Dia adalah orang terkaya di Arab Saudi.
"Kalau terus bergantung pada minyak, akan mengkhawatirkan ketia harganya turun," tutur Pangeran Alwaleed seperti dikutp dari CNN, Senin (23/9/2014).
Pangeran Alwaleed mengaku terus menyarankan kepada pemerintah agar perlahan melepaskan diri dari ketergantungan terhadap emas hitam. Namun saat ini, minyak masih jadi motor utama penggerak ekonomi Arab Saudi.
"Saya selalu mengatakan kepada pemerintah Arab Saudi agar mengurangi ketergantungan terhadap minyak. Saat ini, 90% dari anggaran negara berasal dan minyak, dan 50% produk domestik bruto juga berbasis minyak," jelasnya.
Meski berstatus sebagai orang terkaya di Arab Saudi, bisnis Pangeran Alwaleed bervariasi. Mulai dari perbankan sampai media massa.
Pangeran Alwaleed punya saham di sejumlah perusahaan top dunia. Mulai dari News Corp, Citigroup, Hotel Four Seasons, sampai Twitter. Belum lagi dia juga memiliki berbagai perusahaan yang dipayungi oleh Kingdom Holdings.
(hds/ang)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!
