Pemilik Tanah Minta Harga Tinggi, Proyek Bandara Atas Air RI Mandek

Jakarta -PT Angkasa Pura I (Persero) berencana mengembangkan terminal baru di Bandara Ahmad Yani, Semarang, Jawa Tengah, yang dibangun di atas air dan tanah rawa. Namun proyek ini sudah 1 tahun tak banyak progres.

"Proyek Bandara Ahmad Yani sudah tertunda, mestinya sudah dibangun sejak tahun lalu," kata Menteri BUMN Dahlan Iskan ditemui di sela acara peresmian jaringan pipa gas bumi ke perumahan di Duren Sawit, Jakarta Timur, Selasa (25/3/2014).


Dahlan mengatakan, proyek tersebut tidak ada masalah soal pendanaan Rp 1,1 triliun, karena sudah disiapkan dan seluruh desain proyek bandara sudah disetujui.


"Uang sudah ada, desainnya sudah saya setujui, semuanya sudah beres, siap dibangun, bahkan dana triliunan rupiah sudah kita siapkan untuk proyek ini," ungkap Dahlan.


Seperti diketahui, perluasan bandaran tersebut akan mampu menampung hingga 4 juta penumpang per tahun. Sedangkan kapasitas terminal lama, kapasitasnya sebesar 800.000 penumpang, padahal saat ini total penumpang yang datang dan pergi dari Bandara Ahmad Yani mencapai 3,5 juta orang.


Tetapi, ketika semua telah siap, ternyata muncul satu permasalahan, yakni kepemilikan lahan yang dimiliki oleh salah satu instansi militer. Pemilik tanah menghendaki pembayaran lebih tinggi, bahkan naik hingga 4 kali lipat.


"Ketika mau dibangun ternyata tidak bisa, karena lahannya bukan milik AP I, tapi lahannya milik instansi lain. Nah instasi lain itu mengkehendaki ada pembicaraan dulu mengenai bagaimana prosedur lahan ini, berapa biaya? Belakangan ketahuan, bahwa pemilik instansi ingin pembayaran yang lebih tinggi, dibanding yang direncanakan dalam perencanaan pembangunan itu. Bahkan lebih tingginya 4 kali lipat, nah karena adanya kejadian seperti itu AP I harus menghitung ulang karena biaya-biaya yang disiapkan dulu itu menjadi tidak cukup," papar Dahlan.


Rencana awal, pengembangan terminal baru Ahmad Yani membutuhkan investasi Rp 1,1 triliun. Nilai investasi ini terus berkembang seiring melemahnya nilai kurs rupiah, sehingga nilai investasi melonjak menjadi Rp 1,5 triliun. Proses kontruksi sendiri akan memakan waktu selama 2 tahun.


(rrd/dnl)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!