Tutup Rugi, MAS Pernah Jual Hotel Four Seasons ke Pangeran Arab

Jakarta -Tak hanya rugi di tahun 2011, 2012, dan 2013 saja, namun maskapai penerbangan Malaysia Airlines (MAS) juga tercatat merugi di 2006, yang nilainya mencapai 136,4 juta ringgit atau sekitar Rp 400 miliar. Bahkan maskapai ini sempat harus menjual hotel miliknya.

Dari catatan detikFinance, Rabu (12/3/2014), maskapai penerbangan nasional Malaysia tersebut pada 2006 menjual hotel Four Seasons miliknya di Langkawi kepada Pangeran Al-Waleed bin Talal bin Abdul Aziz bin Al-Saud. Hotel yang berada di kawasan wisata itu dilepas 435 juta ringgit atau sekitar US$ 124,3 juta.


Penjualan hotel mewah itu merupakan bagian dari rencana restrukturisasi, setelah MAS mencatat rugi. Hotel Four Seasons milik MAS dibeli oleh Kingdom Hotel Investments (KHI) yang merupakan anak usaha dari gurita bisnis pangeran Al-Waleed, yang merupakan salah satu orang terkaya di Arab Saudi.


Masih pada tahun yang sama, MAS juga memangkas sekitar 6.500 karyawan karena kerugian yang dihadapi. Lalu sekitar 99 rute domestik MAS yang merugi diserahkan ke AirAsia. Tak hanya sampai di situ, jumlah pesawat saat itu juga dikurangi dari 40 menjadi 21 unit.


Kinerja MAS memang belum positif saat ini. Dalam 3 tahun berturut-turut, pada 2011, 2012, dan 2013, maskapai ini merugi.


Di 2011, MAS mengalami kerugian hingga 2,5 miliar ringgit atau sekitar Rp 7,5 triliun. Ini merupakan kerugian tertinggi sepanjang sejarah.


Kemudian di 2012, MAS mengalami kerugian sebesar 433 juta ringgit atau sekitar Rp 1,3 triliun. Karena kerugian yang besar dalam 2 tahun berturut-turut ini, MAS pernah disarankan untuk menyatakan bangkrut secara korporasi. Namun ternyata, maskapai ini terus beroperasi.


Maskapai ini tengah dilanda peristiwa hilangnya kontak dengan Subang Air Traffic Control hari ini pukul 02.40 waktu setempat, atau sekitar 2 jam setelah lepas landas. Pesawat ini lepas landas dari Kuala Lumpur pada Sabtu pukul 00.41 waktu setempat. Dijadwalkan pesawat ini sudah mendarat di Beijing, China pada pukul 06.30 waktu setempat, pada hari yang sama.


Pusat kendali udara China, seperti dikutip Xinhua menyatakan pesawat tersebut sama sekali tidak memasuki wilayah udara negara tersebut. Pesawat tersebut juga tidak melakukan kontak sama sekali dengan pusat kendali udara di China.


Namun dilaporkan, pusat kendali udara di Vietnam sempat mendeteksi keberadaan pesawat Boeing 777-200 tersebut di dalam wilayah udaranya. Pesawat tersebut memang menempuh jalur penerbangan melalui Semenanjung Indochina. Namun rupanya pendeteksian tersebut merupakan yang terakhir kali, karena setelah itu pesawat hilang kontak.


(dnl/ang)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!