Perjalanan Louis Vuitton, Pekerja Serabutan Jadi Merek Bernilai Rp 300 T (2)


http://us.images.detik.com/content/2014/03/11/1036/102401_ttonhorizontalgallery.jpg

Jakarta - Pada musim semi di tahun 1835, seorang anak laki-laki berusia 13 tahun asal Jura, negara bagian timur Perancis berangkat untuk mengadu peruntungan ke kota Paris.

Ia melakukan perjalanan hingga 292 kilometer dengan berjalan kaki, tidur di mana pun yang penting bisa dijadikan tempat berlindung dan bekerja serabutan untuk bisa bertahan hidup.


Butuh waktu 2 tahun untuk bisa mencapai kota, sesampainya di kota ia magang menjadi pembuat kotak dan akhirnya bisa membuka usaha sendiri. Laki-laki itu bernama Louis Vuitton.


CEO LVMH Bernard Arnault mengatakan kepada CNN tentang rahasia suksesnya hingga bisa bertahan lama.


Satu setengah abad kemudian, ia mendirikan perusahaan dengan salah satu merek mewah paling dikenal di dunia yang bernilai hampir US$ 30 miliar, menurut Forbes.


CEO LVMH yang merupakan orang terkaya di Perancis Bernard Arnault bercerita secara eksklusif kepada CNN tentang sejarah perusahaannya.


"Sejarah Louis Vuitton terkait dengan segala hal tentang perjalanan. Ia menciptakan produk-produk untuk penjelajah, dan selama abad ke-20 produk-produknya secara bertahap berkembang dengan mencerminkan gaya hidup pelanggan," katanya.


Louis Vuitton adalah salah satu peritel produk fesyen mewah pertama yang membuka butik di China dan Mongolia dan sekarang tengah mengincar pasar Indonesia dan Amerika Selatan.


"Ketika saya pergi ke China pada tahun 1991 untuk pembukaan toko Louis Vuitton pertama, di sana hampir tidak ada mobil di jalan-jalan Beijing, hanya sepeda. Tapi kami justru membuka butik mewah, dan sekarang kami memiliki lebih dari 20 toko di tiap negara," ujar Arnault.


Berikut sejarah berdirinya Louis Vuitton dan ciri khas produknya seperti dikutip detikFinance dari CNN, Selasa (11/3/2014).